Bagian IV
Perubahan struktur permintaan minyak sawit di Amerika Serikat, dimana konsumen AS semakin tergantung pada impor CPO. Hal ini tercermin pada situasi di pasar global dimana minyak nabati dunia meningkat tajam dari 5,2 juta ton pada tahun 1965 menjadi 18 juta ton pada tahun 1980. Pada tahun 1980, USA memiliki peran terbesardalam minyak nabati dunia, dan memiliki pangsa produksi 28,5%, dan Malaysia berada pada urutan kedua dengan pangsa 14,01%, sedangkan Indonesia belum tergolong penting saat itu, dan hanya memeiliki pangsa 3,91%.
Pada tahun 2000, pangsa Amerika serikat semakin menurun, yakni 12,53%, dan kontribusi terbesar adalah Malaysia 16,46%. Prean Indonesia semakin tinggi yakni 11,45% pada tahun 2006, produksi minyak sawit Indonesia telah melampaui produksi minyak sawit Malaysia, dan pada tahun 2010, Indonesia merupakan produsen terbesar minyak sawit dengan pangsa 18,69% dan tahun 2013, pangsa minyak sawit Indonesia telah mencapai 21,3%, diikuti Malaysia 13,9%.
Tahun 1988-1994, Amerika Serikat dan Malaysia berada pada posisi yang sama, yakni rata-rata 17,6% kemudian sejak tahun 1995, Malaysia telah berhasil mengalahkan dominasi minyak nabati dunia. Pada tahun 1977, Indonesia, China dan India berada pada posis yang sama, yakni 3,7%. Namun masing-masing negara memiliki pertumbuhan produksi yang berbeda, dimana Indonesia bertumbauh rata-rata 4,8% per tahun, China bertumbuh rata-rata 3,4% per tahun, sedangkan India cenderung menurun 0,2% pertahun, sehingga indonesia kemudian menjadi posisi terdepan dalam perkembangan berikutnya.
Sumber : GAPKI