Program B20 memberikan efek multi ganda. Tidak saja menghemat devisa negara, melainkan dapat mendongkrak harga sawit di pasar global. Harga diproyeksikan antara US$ 650-US$ 700 per ton.
Pemerintah mematangkan aturan payung hukum perluasan mandatori B20 di sektor PSO dan non-PSO. Target pemakaian minyak solar campuran biodiesel 20% atau B20 dijadwalkan 1 September 2018. Darmin Nasution, Menteri Bidang Perekonomian RI, menjelaskan bahwa Presiden Jokowi sudah siap menandatangani peraturan presiden mengenai mandatori B20 di semua sektor yang bakal berlaku mulai 1 September 2018.
“Presiden sudah siap teken. Semoga sore atau paling lambat besok bakal ditandatangani. Dengan begitu Menteri ESDM dapat tindaklanjuti dengan Permen ESDM untuk teknis pelaksanaan,” kata Darmin, setelah rapat kabinet terbatas di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa (14 Agustus 2018).
Dikatakan Darmin, kewajiban memakai B20 sampai akhir tahun 2018 dapat menekan pengeluaran negara sampai US$ 2,3 miliar dari impor solar. Hingga akhir tahun ini, diperkirakan mampu menambah pemakaian B20 empat juta kiloliter. “Sudah dibuat skenario dengan kewajiban memakai B20 untuk keperluan PSO dan non PSO sampai sisa waktu akhir tahun ini, diperkirakan tambahan pemakaian B20 sekitar empat juta kiloliter,” ujar Darmin.
Presiden Jokowi dalam beberapa kesempatan menekankan kebijakan mandatori biodiesel 20% karena mampu menghemat devisa US$ 5,9 miliar per tahun. Saat gejolak ekonomi global, subtitusi penggunaan solar dengan biodiesel diperkirakan membantu defisit neraca pembayaran dan nilai tukar rupiah yang sedang tertekan.
Menurut Presiden Jokowi, cadangan devisa akan diperkuat agar ketahanan ekonomi semakin kuat, terutama dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi global, termasuk dampak yang terakhir terjadi di perekonomian di Turki. “Kita juga harus menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah pada nilai yang wajar, inflasi yang rendah, defisit transaksi berjalan yang aman,” kata Presiden, seperti dilansir dalam Setkab.
Senada dengan Presiden Jokowi. Bhima Yudhistira Adinegara, Pengamat Ekonomi INDEF, mengatakan program B20 mempunyai manfaat lebih untuk menekan defisit sekaligus menguatkan kurs rupiah.
“Kebijakan ini (B20) harus diapresiasi karena mampu berjalan baik dibandingkan kebijakan DMO batubara. Selain itu, program biodiesel memberikan multiplier effect lebih luas ke petani, pengusaha sawit sampai industri pengolahan,” kata Bhima.
Berdasarkan data BPS, impor migas sampai semester pertama 2018 mencapai US$ 14 miliar. Angka ini jauh melebihi impor migas daripada periode sama tahun 2017 sebesar US$ 11,6 miliar.
Menurut Bhima, selisih impor migas lumayan lebar sekitar US$2,4 miliar atau setara Rp34,5 triliun. Jika diakumulasi dalam setahun mencapai Rp69 triliun. Jika dirinci ketergantungan impor solarnya 3,5 juta liter tahun ini.
Itu sebabnya, kata Bhima, kebijakan B20 akan berjalan efektif karena proyeksi penghematan impor diperkirakan setara Rp14,8 triliun per tahun. Walaupun, kebijakan B20 tidak bisa sendirian untuk mencegah defisit perdagangan langsung berubah jadi surplus. Akan tetapi, mandatori B20 punya kemampuan mencegah defisit perdagangan.
Harga naik
Perluasan mandatori B20 diperkirakan akan memberikan efek multi ganda. Baik dari penghematan devisa maupun menjaga harga minyak sawit dan TBS petani. Menko Darmin menjelaskan pelaksanaan B20 diharapkan menambah konsumsi minyak sawit domestik sebesar 4 juta ton per tahun. Meningkatnya permintaan dapat mendongkrak harga CPO, dan memperkuat nilai ekspor Indonesia.
Dalam perspektif Darmin, harga CPO akan menuju US$700 per metrik ton atau naik dari saat ini US$532 per metrik ton. “Kita percaya harga sebetulnya mulai bergerak, tetapi karena memang stok juga agak banyak, dampak dari kebijakan ini baru bisa bekerja penuh tahun depan,” jelas Darmin.
Ia menyebutkan, tahun depan akan ada dua faktor yang mempengaruhi. Satu adalah penghematan penggunaan solar, yang kedua adalah kenaikan harga minyak sawit mentah (CPO). “Sekarang pun kita perkirakan juga akan naik, tapi mungkin belum akan besar,” ujarnya.
Dono Boestami, Direktur Utama BPDP-Kelapa Sawit, dengan penerapan Mandatori B20 secara penuh, akan ada potensi tambahan 1 Juta KL yang terdiri dari 300 ribu KL dari PSO dan 700 ribu KL dari Non PSO. Alhasil sampai akhir tahun ini penggunaan diesel untuk mandatori B20 mencapai 4,5 Juta KL.