Ketika mendengar tentang perkebunan kelapa sawit, pda umumnya yang terlintas di benak adalah jajaran dan ratusan pohon palem mono kultur dalam bentang alam yang sangat luas yang dikelola secara intensif. Keanekaragaman hayati seolah-olah terpisah dan tidak mampu hidup di alam perkebunan. Oleh karena itu sangat wajar kiranya jika kemudian banyak orang yang menilai bahwa keanekaragaman hayati di perkebunan sangatlah miskin.
Namun kenyataan di lapangan sungguh berbeda. Lansekap perkebunan kelapa sawit begitu bervariasi dan dinamis. Hai ini tidak terlepas dari keberagaman ekosistem alami yang masih banyak di temukan di lansekap perkebunan. Sering kali kita jumpai kepingan hutan, sungai, rawa maupun goa dalam satu kesatuan Hak Guna Usaha (HGU) perkebunan kelapa sawit. Habitat-habitat alami ini sangat berpotensi menjadi rumah bagi banyak satwa liar dan kebun sawit dapat mempasilitasi interaksi spesies antar habitat jika dikelola dengan menerapkan prinsip-prinsip kelestarian.
- Konsensi Perkebunan: Habitat atau Lansekap?
Perkebunan kelapa sawit merupakan suatu lansekap yang mengandung berbagai tipe habitat yang kompleks, sehingga spesies dapat berinteraksi dari satu tipe habitat denagn tipe habitat lain. Namun demikian beberapa publikasi justru memandang konsesi perkebunan hanya sistem sederhana monokultur, dan tidak kompleks (Yaap et.al. 2010). Bahkan Koh & Wilcove 2008, justru membandingkan kekayaan spesies burung dan kupu-kupu dari perkebunan kelapa sawit dengan tipe habitat lain, dan tidak melihatnya sebagai satu kesatuan lansekap. Seharusnya konsesi perkebunan di lihat sebagai suatu lansekap, yang bukan hanya terdiri dari kumpulan pohon sawit, tetapi sering kali di dalamnya terdapat beberapa tipe habitat yang berbeda. Kebun sawit juga bisa berfungsi sebagai shelter bagi satwa liar seperti burung dan ular.
- Struktur Lansekap Konsesi Perkebunan Sawit
Dari dtruktur lansekap perkebunan sawit yang menunjukan bahwa ekositem alami masih banyak di temukan dan berdampingan dengan kebun sawit bahkan telah menjadi satu kesatuan mosaik. Terlihat bahwa pada areal konsesi, masih terdapat sekitar 699 ha ekosistem alami yang didalamnya terdiri dari hutan tropis skunder dataran rendah dan hutan rawa. Situasi alam yang seperti ini akan menciptakan keanekaragaman tersendiri dengan adanya edge (efek tepi) dari pertemuan antara dua atau lebih habitat yang berbeda tipe.
Sumber: Konservasi Keanekaragaman Hayati Di Lansekap Perkebunan Kelapa Sawit, GAPKI 2015