Luas karhutla sementara, Januari-Juli 2022, turun 19,1% dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2021. Direktorat Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan (PKHL), Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim, melaksanakan kegiatan perhitungan luas karhutla di minggu pertama setiap bulan. Perhitungan luas kebakaran hutan dan lahan periode Juli 2022 berlangsung selama empat hari mulai tanggal 2-5 Juli 2022 secara hybrid dan dihadiri perwakilan Direktorat PKHL, Direktorat IGRK MPV, Direktorat IPSDH, dan Pusat Teknologi dan Data Penginderaan Jauh Badan Riset Inovasi Nasional.
Penurunan luas karhutla sangat menggembirakan mengingat pada Rakorsus Pananggulangan Karhutla 28 Juli 2022 lalu, Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) Mahfud MD menyampaikan lima tahun terakhir ini, penanggulangan karhutla berjalan baik. Hal ini tentu saja akan memperpanjang daftar keberhasilan kita dalam pengendalian karhutla di Indonesia. Sejumlah indikatornya dapat dilihat dari dampak yang diakibatkan karhutla seperti asap akibat karhutla berkurang, areal kebakaran turun jauh, dan penyakit ISPA dapat dikatakan tidak ada. Selain itu, tidak terjadinya kejadian asap lintas batas, dan penundaan atau penutupan sarana prasarana transportasi akibat karhutla.
Perhitungan luas kebakaran hutan dan lahan dari bulan Januari-Juli 2022 menggunakan data dari citra satelit Landsat 9 (OLI), satelit Landsat 8 (OLI), Sentinel 2a, dan Sentinel 2b, laporan lapangan, dan titik panas. Dengan penggunaan data citra satelit tersebut perhitungan luas karhutla diharapkan menjadi lebih akurat. Setelah perhitungan luas hasil tersebut kemudian divalidasi oleh tim Quality Control yang berasal dari Dit. IPSDH, Dit. PKHL dan Dit. IGRK MPV, setelah itu hasil QC tersebut dikonfirmasi kepada para pihak terkait di daerah/lapangan seperti UPT Ditjen PPI, Dinas Kehutanan/ Lingkungan Provinsi, Manggala Agni, KPH dan pihak terkait lainnya.
Berdasarkan data titik panas (high confidence) yang telah direkapitulasi, terhitung 1 Januari- 31 Juli 2022 tercatat 611 titik panas (Terra/Aqua), jumlah ini lebih rendah 7,56% dibandingkan periode yang sama di tahun 2021 (661 titik panas). Untuk periode tersebut, hotspot terbanyak berada di Provinsi Sulawesi Selatan sejumlah 121 hotspot, disusul oleh Provinsi Kalimantan Barat (119 titik). Berdasarkan hasil perhitungan sementara luas kebakaran hutan dan lahan periode Januari-Juli 2022 tercatat sebesar 87.703 Ha atau mengalami penurunan 19,1 % dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2021.
Untuk mengatasi masalah karhutla, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah mengambil langkah-langkah yang lebih masif untuk pencegahan, pemadaman dan penanganan pasca kebakaran hutan dan lahan dengan memobilisasi sumber daya dan sarana dan prasarana baik ditingkat pusat maupun ditingkat daerah. Upaya konkrit yang telah dilakukan dalam pencegahan kebakaran hutan dan lahan yaitu dengan sosialisasi kepada masyarakat sekitar hutan, pemantauan titik api, patroli rutin, dan patroli terpadu baik di darat maupun di udara dengan melibatkan Manggala Agni, Masyarakat Peduli Api (MPA), Perangkat Desa, Tokoh Masyarakat, Polisi, TNI dan pihak lainnya.
Dalam upaya pengendalian dalkarhutla periode Januari-Juli 2022 telah dilakukan penebaran garam dengan Teknologi Modif Cuaca (TMC) di provinsi Riau 12.000 Ton, provinsi Sumatera Selatan dan Jambi 13.600 Ton. Upaya penanggulangan dengan water bombing 93 sortie dan menjatuhkan 3.016 liter air. Selain itu pemadaman darat oleh UPT Ditjen PPI (manggala agni) dan pihak lainnya secara aktif dilakukan.
Sumber: sipongi.menlhk.go.id