PT Jamsostek (Persero) menargetkan laba bersih tahun ini mencapai Rp 2,1 triliun atau hampir Rp 2,1 triliun. Pencapaian target tersebut dilakukan melalui penempatan investasi berupa deposito, saham, obligasi, reksadana, properti dan penyertaan.
Dengan semakin membaiknya perekonomian nasional akan berdampak positif kepada hasil investasi perusahaan yang dapat meningkat. Selain itu, juga dipengaruhi oleh penegakan peraturan berjalan, seperti partisipasi perusahaan-perusahaan supaya dapat melibatkan karyawannya dalam progam Jamsostek.
Berdasarkan data perusahaan, target laba pada 2012 itu akan diiringi dengan total investasi Rp 125,7 triliun dan total aset Rp 129,755 triliun. Pada 2011, Jamsostek meraih laba Rp 1,3 triliun, kemudian raihan dana investasi sebesar Rp 111,82 triliun dengan total aset yang berhasil dibukukan senilai Rp 116,49 triliun. Hingga Juni 2012 investasi sudah mencapai Rp 120,25 triliun, sedangkan labanya sebesar 870 miliar.
PT Jamsostek (Persero) membagi dana investasi dalam dua golongan, yakni dana jaminan hari tua (JHT) dan dana non-JHT. Investasi dana JHT, sesuai dengan peraturan perundangan ditempatkan di investasi yang berisiko kecil, prudent (hati-hati), dan berjangka panjang.
Sementara dana non-JHT ditempatkan di program-program yang bisa menghasilkan keuntungan lebih baik dalam jangka pendek dengan risiko yang mungkin lebih besar dan investasi di JHT. Dari Rp 125,732 triliun total dana investasi yang ditargetkan pada Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP) 2012, senilai Rp 111,311 trliun di antaranya berasal dari dana JHT dan Rp 14,420 triliun terhimpun dari program non-JHT.
Sebagian besar (45,8 persen) dana JHT diinvestasikan di obligasi, sebanyak 30,3 persen di deposito, 14,7 persen di saham, serta sisanya di reksadana, penyertaan dan properti. Sementara dana non-JHT sebagian besar atau 50,8 persen di saham, hanya 19,7 persen di deposito, obligasi sebesar 17,1 persen dan sisanya ditujukan kepada produk reksadana, properti dan penyertaan.
Dengan kedua sumber dana investasi tersebut digabungkan maka komposisi investasi di obligasi masih jauh lebih besar, yakni 42,5 persen dari total dana Rp 125,732 triliun, berikutnya 29,1 persen di deposito, 18,9 persen di saham, 7,6 persen di reksadana dan sisanya di properti dan penyertaan.
Kendati demikian terjadi penurunan persentase investasi di saham di mana pada tahun 2011 senilai 21 persen menjadi 18,9 persen pada 2012, sebagai antisipasi persiapan perubahan status badan hukum Jamsostek, dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menjadi BPJS Ketenagakerjaan pada 2014 nanti.
Pada 1 Januari 2014, Jamsostek beralih menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan sesuai amanat Undang-Undang (UU) Nomor 24 Tahun 2011 tentang BPJS dan UU Nomor 40/2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN).
BPJS Ketenagakerjaan efektif beroperasi menjalankan program Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Hari Tua, Jaminan Pensiun, dan Jaminan Kematian mulai 1 Juli 2015. Untuk mengantisipasi peralihan menjadi BPJS Ketenagakerjaan, penempatan investasi saham diturunkan dari 21% pada 2011 menjadi 19,9% pada 2012.
Pergantian Direksi
Pada Agustus 2012, pergantian direksi PT Jamsostek (Persero) resmi dilakukan oleh Dahlan Iskan, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Elvyn G Masassya resmi diangkat menjadi Direktur Utama PT Jamsostek (Persero) menggantikan Hotbonar Sinaga.
Menurut Dahlan Iskan, pergantian direksi atas pertimbangan masa jabatan jajaran direksi sudah berakhir, selain butuh regenerasi anak-anak muda perusahaan milik negara ini. Elvyn G Masassya dinilai cocok menjabat direktur utama Jamsostek karena berlatar belakang bagus dalam pengelolaan investasi.
Sebagai informasi, sebelumnya Elvyn memegang posisi sebagai Direktur Investasi Jamsostek. Selain itu, dia pernah menempati jabatan sebagai Komisaris PT Bank Bali, Direktur PT Bank Permata Tbk, Sekretaris Perusahaan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI), dan Direktur PT Tuban Petrochemical Industries. (Bebe)