JAKARTA, SAWITINDONESIA – Rendahnya produktivitas disebabkan lambannya peremajaan (replanting) tanaman sawit di perkebunan sawit milik petani yang berumur lebih 25 tahun. Petani membutuhkan bantuan dana pemerintah dan skema kemitraan dengan perusahaan sebagai avalis.
Freddy Wijaya, GM Asian Agri, menyebutkan Asian Agri sudah mempersiapkan petani binaannya untuk menghadapi kegiatan peremajaan tanaman. Pada tahun ini, diharapkan sekitar 1.150 petani binaan Asian Agri sudah bisa meremajakan lahan. Lalu bertambah menjadi 3.250 hektare pada 2016. Tahun berikutnya bertambah menjadi 3.550 ha. Dan pada 2018 naik menjadi 4000 ha.
“Kalau replanting tidak segera dilakukan mereka akan saling menunggu. Dampaknya produktivitas mereka rendah,” jelas Freddy dalam diskusi Forum Wartawan Pertanian yang bertemakan “Peremajaan Sawit dan Solusi Pembiayaan Petani di Jakarta (24/6).
Menurutnya replanting ini dijalankan secara bertahap untuk menjamin suplai buah sawit ke pabrik. Sementara itu, lahan milik perusahaan ditargetkan dapat diremajakan sekitar 5.000 hektare per tahun.
Rustamari, petani binaan Asian Agri, mengatakan perusahaan sudah melakukan pembinaan kepada petani plasmanya semenjak tahun 2009. Pembinaan dilakukan dalam bentuk pelatihan mengenai peremajaan kelap sawit. Selain itu, dijalankan pula studi banding untuk melihat benih sawit Topaz yang akan digunakan sumber bahan tanaman mereka.
Kendati demikian, dia meminta bantuan pemerintah berkaitan dengan pembiayaan replanting setelah dihapuskannya program revitalisasi perkebunan. Pasalnya, perbankan membebani pinjaman replanting petani dengan suku bunga komersil karena tidak ada lagi subsidi bunga dari pemerintah.
“Petani memang punya dana cadangan tetapi tidak mencukupi untuk jaminan hidup selama masa replanting. Kebutuhan dana replanting sekitar 52 juta rupiah per hektare,” kata Rustamari.
Herdrajat Natawijaya, Direktur Tanaman Tahunan, menyebutkan pihaknya sedang menyusun konsep replanting untuk diajukan kepada badan pengelola dana perkebunan sawit. Nantinya, duit hasil pungutan ekspor CPO bisa dipakai untuk membantu pembiayaan replanting petani.
Sebelumnya, Bayu Krisnamurthi, Direktur Utama Badan Pengelola Dana Perkebunan Sawit, memprioritaskan peremajaan lahan petani sawit sekitar 300 ribu hektare.Konsep peremajaan akan dikoordinasikan dengan Direktorat Jenderal Perkebunan untuk mengidentifikasi lahan mana yang segera direplanting.