JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Inpres No 6 Tahun 2019 tentang Rencana Aksi Nasional Kelapa Sawit Berkelanjutan (RAN-KSB) mempersiapkan pekebun swadaya menuju sertifikasi Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO), sebelum ISPO berlaku wajib di tahun 2025 mendatang.
Untuk itu, Forum Petani Sawit Keberlanjutan Indonesia (FORTASBI) bersama PT. Musim Mas didukung Kementerian Pertanian dan UNDP melalui Sustainable Palm Oil Initiative Project terus mendorong percepatan ISPO.
Upaya tersebut disampaikan melalui webinar #ApaKataPekebun Vol. 3: Implementasi Standar ISPO Baru oleh Pekebun Swadaya-Menggali Tantangan dan Pembelajaran’, yang menghadirkan perwakilan dari pemerintah, petani, perusahaan dan NGO, pada Selasa (26 Oktober 2021).
Seperti diketahui, sertifikasi ISPO telah ditetapkan pada 2025, tetapi dalam prakteknya masih banyak pekebun sawit swadaya yang membutuhkan informasi dan pendampingan.
Meski demikian terdapat beberapa praktik baik yang hendaknya menjadi motivasi bagi pekebun swadaya di Indonesia. PT Musim Mas menjadi salah satu perusahaan yang berhasil mendukung pekebun swadaya mengimplementasikan standar ISPO pasca Inpres No 6 Tahun 2019.
Saat ini, jumlah pekebun swadaya yang berhasil mendapat sertifikasi ISPO di bawah dukungan PT Musim Mas mencapai 612 pekebun dengan luas 1.159,89 ha di kabupaten Labuhanbatu, 296 pekebun dengan luas 430 ha di kabupaten Rokan Hulu dan 318 pekebun dengan luas 1.171,82 ha di Pelalawan Siak.
Manager Independent Smallholders PT Musim Mas, Rudman Simanjuntak mengatakan pihaknya berkomitmen untuk mendampingi pekebun swadaya di sekitaran perusahaannya. “Hingga saat ini binaan PT Musim Mas telah mencapai 1.226 pekebun dengan luasan pekebun tersertifikasi 2.761,71 tersertifikasi ISPO 2021,” ujarnya.
Sementara itu, Group Manager Asosiasi Pekebun Swadaya Kelapa Sawit Pelalawan Siak, Joko Prasetyo menyampaikan bahwa di lapangan masih ditemukan tantangan dalam mengurus STDB dan SPPL bagi pekebun. “Kami, ingin aspirasi percepatan ISPO yang membutuhkan dukungan pemerintah daerah,” kata Joko.
Meski begitu, ia memberikan apreasiasi kepada tim Direktorat Pengelolaan dan Pemasaran Hasil Perkebunan, yang telah terjun langsung ke Pelalawan untuk mendukung pelaksaan sertifikasi ISPO bagi pekebun swadaya.
Hal senada juga diutarakan Sutiyana, Ketua KUD Tani Subur sekaligus mewakili Petani Sawit Swadaya. “Poin penting yang dapat dilakukan untuk mendorong percepatan ISPO membutuhkan kolaborasi lembaga baik pemerintah pusat, daerah dan NGO lokal yang bekerja di pekebun sawit swadaya,” tegasnya.
Pernyataan Sutiyana dikuatkan Sulastri pekebun sawit dari Kalimantan Timur. Sulastri yang juga Ketua Internal Control System (ICS) dari Koperasi Jasa Mutiara Kongbeng (JMK), mengatakan pihaknya dapat mencapai sertifikasi ISPO atas kerjasama atau kemitraan yang terbangun dengan perusahaan.
“Selain berhasil mendapatkan sertifikasi ISPO sejak bermitra dengan PT. Sinar Mas, Tandan Buah Sawit (TBS) dari Koperasi JMK diprioritaskan oleh perusahaan dan memberikan dampak lain seperti bantuan pupuk hingga pelatihan-pelatihan untuk peningkatan kapasitas pekebun,” ujar Sulastri.