JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Seminggu mengikuti pelatihan auditor ISPO, petani sawit yang tergabung dalam Asosiasi Petani Sawit Indonesia (APKASINDO) mengaku ingin segera pulang ke daerah-daerah masing. Apa penyebabnya?
“Saya ingin cepat pulang ke Palu untuk mengadakan rapat dengan pengurus APKASINDO Sulteng (red-Sulawesi Tengah). Kami akan membuat modul sederhana agar petani mudah pahami ISPO,” ujar Siswanto Ketua DPW APKASINDO Sulawesi Tengah mengungkapkan alasannya.
Rupanya pelatihan selama seminggu ini membuat dirinya memahami lika-liku proses sertifikasi. Mengingat empat tahun lalu petani wajib menjalankan ISPO. Siswanto menjelaskan bahwa pelatihan ISPO sangatlah penting untuk menambah wawasan dan upgrade pengetahuan mengenai regulasi berkaitan pemenuhan prinsip dan kriteria ISPO. Hasil kegiatan ini ditujukan membantu petani untuk dapat memenuhi sertifikasi ISPO yan diwajibkan pada 2025.
“Saya pegang betul amanah dari DPP (APKASINDO) yang mengutus saya bersama 9 orang lainnya untuk mengikuti pelatihan ini auditor ISPO ini. Saya akui memang tidak mudah menjadi auditor,” jelasnya.
Ia menjelaskan bahwa seorang auditor harus menguasai dan memahami semua regulasi berkaitan kelapa sawit. Ilmu seorang auditor ini harus komplit.”Tidak cukup paham aspek agronomis. Makanya, pelatihan selama tujuh hari ini terasa kurang,” ujar Siswanto.

Saat melakukan praktek di salah satu perkebunan sawit nasional. Ia mengakui petani sangat tertantang untuk menerapkan kemampuan sebagai auditor.”Target saya menjadi yang terbaik dalam angkatan pelatihan ISPO ini,” ungkap Siswanto.
Gus Harahap, Ketua DPW APKASINDO Sumatera Utara, mengakui seusai pelatihan maka peserta tidak otomatis langsung menjadi auditor. Karena itu, ada sejumlah syarat lagi berdasarkan Permentan 38 Tahun 2020 yang harus dimiliki calon auditor.
“Tapi paling tidak para peserta yang telah mengikuti pelatihan dapat mempersiapkan para petani yang tergabung di Apkasindo untuk persiapan menuju persyaratan regulasi yang bersifat wajib beberapa tahun ke depan,” urainya.

Indra Rustandi, Ketua DPW APKASINDO Kalimantan Barat, mengakui pelatihan ISPO akan mempermudah pemahaman terkait dokumen yang diperlukan. Memang dalam implementasinya pemenuhan syarat dokumen kelembagaan dan legalitas akan memakan waktu cukup lama bagi petani ketimbang perusahaan.
“Setelah mengikuti pelatihan auditor ISPO ini tidak serta merta bisa langsung kerja audit. Tetapi harus ditambah waktu untuk pemantapan jam terbang dan terhubung dengan Komite ISPO,” ungkapnya.

Dr.cn. Ir. Gulat ME Manurung, MP.,C.APO Ketua Umum DPP APKASINDO memberikan apresiasi setinggi-tingginya kepada Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) memberikan dukungan kepada petani sawit untuk mengikuti kegiatan pendidikan auditor ISPO dan itu diwujudkan dalam bentuk keikutsertaan Pengurus APKASINDO pada pelatihan tersebut.
“Kami mengapresiasi dukungan BPDPKS terhadap APKASINDO dalam hal meningkatkan SDM Pengurus APKASINDO di bidang ISPO ini,” ujar ayah dua anak ini.
Terbitnya Peraturan Presiden (Pepres) Nomor 44 tahun 2020 tentang Sistem Sertifikasi Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia yang diundangkan pada tanggal 16 Maret 2020 membuat organisasi terbesar Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO) deg-deg kan bercampur merinding. Pasalnya kebanyakan dari Petani sawit tidak mengetahui dan memahami apa itu ISPO (Indonesia Sustainable Palm Oil).
Pelatihan auditor ISPO digelar oleh Mutu Institute di Bogor, Jawa Barat, selama satu minggu. Gulat mengatakan jumlah anggota APKASINDO sebanyak 10 orang yang menjadi peserta pelatihan. Peserta ini sebagian besar pengurus DPW APKASINDO se-Indonesia mulai dari Sumatera sampai Papua.
“Kami berharap dengan disekolahkannya 10 pengurus Apkasindo ini akan menjadi tambahan amunisi buat petani. Sebagaimana arahan Presiden Jokowi melalui peraturan presiden yang mengatur ISPO. Kami menyadari bahwa APKASINDO harus menjadi garda terdepan dalam membangunkan semangat petani sawit untuk move on menuju ISPO,” jelasnya.
Ia mengatakan proses sertifikasi bukan pekerjaan mudah dan waktu mempersiapkan petani untuk mengenal dan memahami ISPO sangat singkat, 3,5 tahun ke depan.
“Pluit ISPO sudah wajib bagi semua petani sawit, kami harus optimis dan mohon dukungan semua pihak,” kata Gulat.

Ia mengatakan 3,5 tahun lagi tepatnya 2025 akan menjadi kewajiban bagi petani untuk mengantongi sertifikat ISPO. Itu sebabnya, auditor dari kalangan petani sangat dibutuhkan untuk memandu dan membantu proses sertifikasi. Point inilah membedakan auditor dari petani dengan perusahaan.
“Satu hal penting adalah auditor dari petani berbeda dengan auditor perusahaan. Karena auditor dari APKASINDO ingin memandu serta mengarahkan rekan-rekan sesama petani agar memahami apa itu ISPO dan bagaimana prosedur menuju kesana. Sebab, tidak mudah menyakinkan petani sawit dan hanya sesama petani dapat saling memahami,” jelasnya.
Pada Sabtu 12 Juni, Pelatihan Auditor ISPO telah berakhir, uji kompetensipun sudah dilaksanakan. “Saya berharap semua peserta pelatihan auditor ISPO Perwakilan dari APKASINDO bisa lulus 100% khususnya 10 orang tadi. Harapan petani sawit memandu mereka menuju ISPO dengan dukungan 10 calon auditor tadi.
APKASINDO akan selalu mengirimkan 10 orang Pengurus APKASINDO setiap angkatan Kursus Auditor ISPO ini. Jadi 22 DPW Provinsi dan 144 DPD Kabupaten Kota harus punya auditor ISPO. Dengan begitu, mereka bisa membantu sesama petani menuju ISPO dan ini tidak dapat ditawar lagi.Sebelumnya, DPP APKASINDO telah memiliki 5 auditor ISPO. Hasilnya, organisasi mampu membantu proses sertifikasi 27 Kelompok Tani dan KUD di 22 Provinsi perwakilan APKASINDO.