RAJA AMPAT, SAWIT INDONESIA- Media di tanah air punya peranan penting dalam melawan kampanye negatif sawit dari negara-negara produsen minyak nabati lain.
“Media punya peranan penting dalam memberikan informasi yang positif kepada kelapa sawit. Perlu diketahui, lebih dari 40% perkebunan kelapa sawit dimiliki oleh masyarakat selebihnya oleh pemerintah dan perusahaan, ” ujar Bendahara Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Kanya Lakshmi Sidarta dalam seminar bertajuk Kebebasan Pers dalam keberagaman di Gedung Pari Raja Ampat, Papua Barat pada akhir pekan lalu.
Menurut Kanya Lakshmi, sawit merupakan komoditas nasional yang harus kita perjuangkan. Saat ini sawit menyumbang 13% devisa negara jauh lebih tinggi daripada migas. Tanpa sawit, devisa Indonesia mengalami defisit sejak 5 tahun lalu.
Lebih lanjut Laksmi menyebutkan bahwa pemberitaan media akan suatu daerah menjadi salah satu referensi bagi perusahaan untuk menanamkan investasi di daerah tersebut.
“Imej suatu daerah bisa dinilai salah satunya dari pemberitaan di media. Sama halnya dengan industri sawit, jika media Indonesia turut memberitakan kampanye negatif mengenai sawit maka akan berdampak pada melemahnya industri ini”, kata Lakshmi.
Selama ini Eropa dan Amerika gencar membuat kampanye negatif sawit atas dasar perang dagang semata melalui pemberitaan di negara asing maka menurut Laksmi, cara ampuh untuk melawan berita-berita negatif tersebut dengan pemberitaan positif yang dari pers nasional kita.
“Mengenai sawit, Ada isu deforestasi, isu HAM, isu kesehatan semua itu sama sekali tidak benar. Itu semua semata-mata hanya perang dagang antar produsen minyak nabati,”tegasnya.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) Yadi Hendriana menyebutkan pers harus mampu mewadahi semua kepentingan baik masyarakat, pemerintah, aparat maupun dunia usaha. Pers menjembatani informasi antara pemerintah dan masyarakat juga turut memperjuangkan kepentingan negara.