JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Belakangan ini, muncul riset berkaitan pencampuran biodiesel dengan bahan bakar minyak bumi seperti solar. Mulai dari B50 sampai B100. Tetapi perlu dipahami definisi dan karakter biodiesel berdasarkan pencampurannya. Lalu apakah ada bedanya B20 dan B100?
Dilansir dari laman facebook Masyarakat Perkelapasawitan Indonesia (MAKSI) bahwa banyak publik yang salah menyebutkan istilah Bahan Bakar Nabati (BBN) cair dari sawit.
Sebagai contoh, B100 istilah biodiesel dari FAME (minyak sawit yang diolah memakai metanol). Produsen B100 sudah puluhan. Tetapi yang teruji Kementerian ESDM baru B20 yaitu campuran biodiesel 20% B100+80% solar dari minyak bumi. Uji kelayakan dan kompatibilitas terhadap mesin kendaraan untuk B30 akan diujikan dalam waktu dekat ini.
Lalu, ada tiga jenis BBN yang sudah berhasil dikembangkan:
- D100 adalah istilah untuk 100% green diesel (solar hijau) yang diolah dari minyak sawit dengan katalis. Sifatnya sama dengan solar dari minyak bumi. Oleh karena itu, dapat dibuat 3 campuran, sebagai contoh B20D25. Artinya bahan bakar itu mengandung FAME 20%, green diesel 20%, dan sisanya solar minyak bumi.
- G100 artinya bensin dengan kandungan 100% green gasoline (minyak hijau) dari minyak sawit. G100 juga diproduksi menggunakan katalis. Bila tertulis G25 artinya bensin mengandung green gasoline 25% sisanya 75% dari bensin berbasis minyak bumi.
- J100 artinya avtur yang mengandung 100% green jetfuel berasal dari minyak inti sawit (PKO) yang dihasilkan dengan katalis. Jika tertulis J10% artinya 10% kandungan green jetfuel dan sisanya 90% adalah kerosen minyak bumi.