Hampir 10 tahun lamanya, PT Socfin Indonesia (Socfindo) menjual benih sawit di pasar global. Riset dan penelitian menjadi dukungan utama dalam memenuhi kebutuhan pengguna terhadap benih sawit unggul.
PT Socfin Indonesia semenjak tahun 70-an telah dikenal sebagai perusahaan benih kelapa sawit berkualitas unggul dan menjadi pilihan utama perusahaan perkebunan sawit. Tak hanya di dalam negeri, benih sawit perusahaan mendapatkan kepercayaan pula dari pembeli di luar negeri. Eko Dermawan, Seed Sales dan Marketing Manager PT. Socfin Indonesia, mengatakan tahun lalu jumlah benih sawit yang diekspor mencapai satu juta butir yang diperkirakan akan meningkat menjadi empat juta butir pada 2012 ini.
“Kami proyeksikan ekspor benih sawit ini dapat meningkat empat kali lipat pada tahun ini dari tahun lalu sebesar satu juta butir,” kata Eko kepada Sawit Indonesia.
Tujuan ekspor benih sawit perusahaan ditujukan kepada negara-negara di kawasan Afrika Barat, Asia Tenggara, dan Amerika Latin. Eko Dermawan memaparkan semenjak tahun 2001 ekspor benih telah dilakukan yang terus meningkat permintaannya beberapa tahun terakhir seiring pengembangan dan perluasan tanaman kelapa sawit di negara-negara tadi.
Varietas benih sawit yang banyak diminati pembeli dalam dan luar negeri adalah varietas DxP Unggul Socfindo (L) yang berasal dari improvement famili persilangan Deli x Lame, dan DxP Unggul Socfindo (Y) yang merupakan improvement persilangan Deli x Yangambi.
Eko mengatakan tingginya kebutuhan terhadap kedua varietas ini juga disertai dengan persilangan yang toleran terhadap penyakit layu fusarium oxysporium f. Sp. Seperti diketahui, jika fusarium oxysporium f. Sp. merupakan penyakit mematikan pada tanaman kelapa sawit di Afrika dan telah menyebar ke Amerika Selatan saat ini.
Varietas benih Socfindo memiliki potensi produksi Tandan Buah Segar (TBS) sawit rata-rata 28 -32 ton per hektare per tahun, dan pada kondisi tertentu dapat mencapai produksi 40 ton/ha/tahun. Rata-rata tingkat rendemen CPO > 26% dan minyak kernel kelapa sawit (PKO) 4,2%. Tingkat rata-rata produksi CPO sebesar 7 – 9 ton per hektare per tahun. Benih ini diklaim dapat panen 24 bulan setelah tanam dengan produksi TBS 14-20 ton per hektare per tahun.
Benih yang diproduksi masih merupakan hasil dari generasi ketiga sistem pemulihan dengan metode Resiprocal Recurrent Selection (RRS) atau seleksi dengan melakukan Berulang Timbal Balik yang telah dilakukan sejak tahun 1970. “Kedua varietas unggul Socfindo terdiri dari banyak famili persilangan (kategori) yang terus diperbaharui (update) dan dikembangkan,” papar Eko.
Menurut Eko Dermawan, perusahaan telah memiliki dua kebun pohon induk dengan luas masing-masing sekitar 200 hektare di Kabupaten Serdang Bedagai dan Asahan, Sumatera Utara, yang dapat memproduksi benih sawit sekitar 40 juta butir pada tahun 2012 dan dapat ditingkatkan menjadi 50 juta butir per tahun. Jumlah ini digunakan untuk untuk memenuhi kebutuhan benih baik internal perusahaan, domestik hingga ekspor.
Dalam berinovasi dan mengembangkan benih unggul sawit, PT Socfindo terus menjalankan riset untuk menciptakan varietas-varietas baru sebagai upaya memenuhi trend perkembangan permintaan konsumen dari dalam dan luar negeri. PT Socfin Indonesia bekerjasama dengan PalmElit SAS, Perancis. PalmElit SAS merupakan subsidiary dari CIRAD-CP yang bergerak dalam pemuliaan dan pengembangan tanaman kelapa sawit di dunia internasional.
Semenjak 2001, perusahaan sudah melakukan riset untuk mendapatkan varietas yang toleran terhadap penyakit Ganoderma. Caranya, melakukan penanaman di areal perkebunan komersial serta melakukan screening test terhadap seluruh bahan tanaman mulai tahun 2005 hingga saat ini.
Eko mengatakan usaha penelitian ini tidak sia-sia karena percobaan tersebut memberikan hasil memuaskan yaitu antara hasil pengamatan di areal perkebunan komersial dan dengan hasil screening test terdapat korelasi yang tidak berbeda.“Dari hasil percobaan ini, ini akan dilepas varietas baru yang toleran terhadap penyakit Ganoderma pada tahun depan,” ujar dia. (hendro/amri)