JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Midzon JohannIs, Ketua Umum CropLife Indonesia menyatakan bioteknologi bermanfaat meningkatkan hasil pertanian yang dilakukan secara modern, pemulihan tanaman dengan menciptakan tanaman transgenik, kultur jaringan, biopestisida dan lainnya.
“Bioteknologi menyediakan perangkat pasti yang memungkinkan para penelliti untuk menambahkan sifat atau karakter pada tanaman, misalnya daya tahan lebih lama, tingkat vitamin lebih tinggi dan beberapa sifat pada benih untuk mampu tumbuh lebih sehat dan membuat tanaman lebih tahan terhadap hama dan penyakit,” jelasnya dalam sebuah diskusi di Jakarta.
Lebih lanjut, menurut dia, teknologi dan inovasi tanaman bioteknologi berguna untuk memaksimalkan lahan yang ada, misalnya dengan pemakaian varietas unggul dan efisien pupuk untuk meningkatkan hasil produksi, penggunaan pestisida untuk perlindungan tanaman dan pemakaian air secara efisien.
Selain itu, pengembangan teknologi dan inovasi pertanian akan lebih cepat dan efektif dalam menjawab krisis pangan dunia. Sebab, selama lima puluh tahun terakhir peningkatan jumlah penduduk dunia mengalami peningkatan yang sangat tajam. Tercatat pada tahun 1994 penduduk dunia bertambah 5,8 milyar, pada tahun 2000 berjumlah 6,3 milyar. Berdasarkan hasil laporan dari Divisi Kepundudukan PBB, saat ini penduduk dunia sudah hampir mendekati angka 8 milyar.
Prof. Dr. M Herman, M.Sc, Peneliti Purna Bakti Balai Besar Litbang Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian menyatakan bahwa aturan pemerintah mengharuskan tiap produk bioteknologi melewati tiga tahap uji, dari uji keamanan pangan, keamanan lingkungan dan keamanan pakan.
Namun, ia mempermasalahkan tahap uji tersebut memakan waktu yang panjang dan menghabiskan biaya yang tidak sedikit.
“Misalnya penelitian bioteknologi khususnya rekayasa genetik benih kelapa sawit itu mahal untuk dikomersilkan karena ada studi pangan. Sawitkan tetap digunakan sebagai minyak goreng, jadi harus melalui tahap keamanan pangan dan keamanan lingkungan juga,” kata Herman.