Peningkatan dan pengembangan kapasitas SDM diperlukan untuk mendukung intensifikasi kebun sawit di Papua dan Papua Barat. Keduanya wilayah di Indonesia bagian timur yang penting untuk peningkatan produksivitas sawit.
Melihat potensi besar untuk pengembangan sektor perkebunan kelapa sawit di Provinsi Papua dan Papua Barat diperlukan pengembangan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM). Tujuannya tak lain untuk mendukung intensifikasi kebun atau pengelolaan kebun sawit dengan produktivitas tinggi dan kelestarian lingkungan.
Direktur Akademi Komunitas Perkebunan Yogyakarta – Stiper (AKPY-Stiper), Ir. Sri Gunawan mengatakan peningkatan dan pengembangan kapasitas SDM di provinsi Papua dan Papua Barat sangat perlu dan mendesak. “Potensi perkebunan sawit cukup luas di dua wilayah itu sangat luas sehingga diperlukan SDM yang mumpuni untuk intensifikasi kebun sawit,” katanya, saat ditemui di kampusnya.
Seperti diketahui, di wilayah Papua dan Papua Barat perkebunan sawit selain dikelola perusahaan perkebunan swasta juga dikelola oleh petani swadaya. Upaya peningkatan dan pengembangan kapasitas SDM sempat dilakukan oleh perusahaan swasta untuk level Mandor, Asisten Kebun, Manager dan General Manager.
Dijelaskan Sri Gunawan, dua tahun lalu saya melakukan pelatihan yang diikuti karyawan dari perkebunan sawit yang beroperasi di Papua mulai darilevel Mandor, Asisten Kebun, Manajer dan General Manager. “Materi yang diberikan yaitu kultur teknis, jika dibanding dengan kultur teknis yang ada di daerah sentra sawit lain di Papua belum standar sehingga produktivitasnya belum mencapai standar,” jelasnya.
Selanjutnya, ia menambahkan kemudian yang menjadi problem adalah SDM-nya. Penyebabnya antara lain di remote area, internet sulit dijangkau, pelatihan-pelatihan masih sangat kurang intensif. “Ini problem yang dihadapi perusahaan. Apalagi untuk petani swadaya, pengelolaan kebunnya masih jauh dari standar,” lanjut Sri Gunawan, yang karib disapa Pak Gun.
“Kami juga pernah bekerjasama dengan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Papua. Pelatihan selama 3,5 bulan, pesertanya penduduk asli Papua, pengurus KUD dan ketua Adat. Pelatihan dilakukan di kampus, kemudian praktek lapangan di KP2 Ungaran, Jawa Tengah, selanjutnya magang di perkebunan yang dikelola KUD di Sumatera Selatan,” imbuh Pak Gun.
Dengan pelatihan tersebut, diharapkan setelah mengikuti pelatihan kembali daerahnya untuk menjadi contoh atau penyuluh petani-petani yang ada di sekitarnya. Penduduk asli yang mengikuti pelatihan belum memiliki budaya kebun yang standar.
Peningkatan dan pengembangan kapasitas SDM di sektor perkebunan sawit juga tengah diupayakan pemerintah melalui Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS). Sebagai informasi, sejak 2015 BPDPKS telah menyalurkan beasiswa kepada 2.605 anak petani dan buruh sawit. Beasisiwa tersebut untuk membiayai Pendidikan mereka di Perguruan Tinggi, program Diploma I, II, III dan IV. Pendidikan vokasi program beasiswa BPDPKS diselenggarakan di Lembaga Pendidikan antara lain AKPY-Stiper, Politeknik LPP Yogyakarta, Politeknik CWE Bekasi, ITSB Bekasi, Politeknik Kampar dan STIPAP Medan.
(Selengkapnya dapat di baca di Majalah Sawit Indonesia, Edisi 111)