• Beranda
  • Rubrik
    • Analisis
    • Artikel
    • Berita Terbaru
    • Edisi Terbaru
    • Event
    • Hama Penyakit
    • Hot Issue
    • Inovasi
    • Kinerja
    • Oase
    • Palm Oil Good
    • Pojok Koperasi
    • Profil Produk
    • Sajian Utama
    • Seremoni
    • Sosok
    • Tata Kelola
  • Tentang Kami
  • Susunan Redaksi
  • Hubungi Kami
Facebook Twitter Instagram
Tuesday, 28 March 2023
Trending
  • Menerima Dana Tahap Awal Perdagangan Karbon
  • TBS di Kalbar Capai Harga Tertinggi Rp2.661,93/kg
  • BPDP Menginisiasi Pembentukan Sawit Learning Center (WINNER)
  • RSPO dan ISPO Bukti Sawit Berkelanjutan
  • Provinsi Kaltim Gelar Pasar Murah
  • Transisi Energi Bagi Perlindungan Lingkungan Dari Dampak Perubahan Iklim
  • BPBD Riau Mengirimkan Tim dan Peralatan Penanganan Karhutla ke Bengkalis
  • PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Menjadikan UMKM Sebagai Inti Bisnisnya
Facebook Instagram Twitter YouTube
Majalah Sawit Indonesia OnlineMajalah Sawit Indonesia Online
Subscribe
  • Beranda
  • Rubrik
    • Analisis
    • Artikel
    • Berita Terbaru
    • Edisi Terbaru
    • Event
    • Hama Penyakit
    • Hot Issue
    • Inovasi
    • Kinerja
    • Oase
    • Palm Oil Good
    • Pojok Koperasi
    • Profil Produk
    • Sajian Utama
    • Seremoni
    • Sosok
    • Tata Kelola
  • Tentang Kami
  • Susunan Redaksi
  • Hubungi Kami
Majalah Sawit Indonesia OnlineMajalah Sawit Indonesia Online
Home » Pengawet Makanan dan Emulsifier Berbasis Minyak Inti Sawit
Berita Terbaru Inovasi

Pengawet Makanan dan Emulsifier Berbasis Minyak Inti Sawit

By Ferrika LukmanaApril 3, 20173 Mins Read
WhatsApp Facebook Twitter Telegram LinkedIn Pinterest Email
Share
WhatsApp Facebook Twitter Telegram LinkedIn Pinterest Email

Dr. Ir. Wahyu Bahari Setianto, M.Eng., peneliti Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) meneliti pemanfaatan minyak inti sawit sebagai bahan pengawet makanan dan emulsifier gliserol mono-laurat. Sebab, minyak inti sawit dinilai belum dimanfaatkan secara maksimal untuk memenuhi kebutuhan industri nasional.

Wahyu Bahari bersama rekan-rekannya membuat penelitian ini semenjak 2015. Tahun berikutnya, penelitian ini memperoleh bantuan pendanaan riset yang diselenggarakan BPDP Kelapa Sawit. Tim riset terdiri Ir. Tri Yogo Wibowo, MT, Ir. Didi Dwi Anggoro, M.Eng, Ph.D, Heryoki Yohanes, ST, Fatim Illaningtyas, S.TP., M.Si, dan bantuan mahasiswa Teknik Kimia Universitas Diponegoro.

“Kami memilih minyak inti sawit (palm kernel oil) karena produk turunannya belum banyak diolah di dalam negeri. Sementara itu sebagian besar diekspor dalam bentuk minyak inti sawit saja. Berdasarkan hasil analisa minyak inti sawit banyak mengandung asam laurat, sekitar 50%. Asam laurat ternyata bisa dimanfaatkan atau diolah lebih lanjut menjadi produk turunan asam laurat yang bernilai tinggi,” kata Wahyu ketika dihubungi Sawit Indonesia.

Baca juga :   Transisi Energi Bagi Perlindungan Lingkungan Dari Dampak Perubahan Iklim

Dengan kandungan asam laurat sebesar itu, kata dia, minyak inti sawit bisa dapat diolah sebagai bahan pengawet makanan dan emulsifier. Emulsifier merupakan bahan tambahan untuk menyatukan bahan makanan yang mengandung air dan minyak seperti es krim, mayonaise dan produk olahan lainnya.

Dalam prosesnya, minyak inti sawit dihidrolisa menghasilkan beberapa asam lemak diantaranya asam laurat. Asam laurat kemudian dipisahkan dari asam lemak lainnya dengan menggunakan proses fraksinasi. Selanjutnya, asam laurat direaksikan dengan gliserol hingga menghasilkan gliserol mono-laurat (GML) yang berfungsi sebagai emulsifier dan juga pengawet makanan.

“GML dapat berfungsi sebagai emulsifier karena dua atom karbon dari gliserol memiliki gugus hidroksil yang aktif untuk memberikan karakter hidrofilik, yang sering disebut sebagai grup kepala. Unsur gliserol bisa membentuk ikatan hidrogen dengan air pada lingkungan yang mengandung air dan sering disebut sebagai grup kepala. Rantai hidrokarbon memberikan karakter hidropobik pada GML dan sering diberi istilah ekor. Adanya dua karakter yang berbeda hidropilik dan hidropobik pada GML menyebabkan GML digolongkan sebagai surfaktan dan dapat digunakan sebagai bahan pengemulsi pada campuran air dan minyak,” jelas dia.
Secara umum, tahapan-tahan riset ini melalui tahapan observasi katalis, dealuminasi katalis, esterifikasi asam laurat dengan gliserol, analisa hasil reaksi dan analisa kemurnian produk (kandungan GML). Riset ini merupakan pengembangan penelitian berdasarkan referensi berbagai jurnal, dengan modifikasi sesuai dengan kondisi di lapangan.

Baca juga :   Pemerintah Berupaya dan Bekerja Keras Agar Tidak Terjadi Kenaikan Harga Bahan Pokok

Menurutnya, tahapan observasi katalis merupakan tahapan tersulit yang butuh pendanaan besar dalam menentukan jenis katalis serta memodifikasi katalis yang digunakan pada sintesa GML ini. “Kita sempat terkendala dalam melakukan penelitian ini pada tahapan observasi katalis, walaupun pada tahapan berikutnya tidak ada kendala yang serius.” papar dia.

Lebih lanjut, produk emulsifier dan pengawet makanan berbahan dasar sawit ini punya keunggulan dibandingkan produk emulsifier lainnya. Produk emulsifier yang dijual di pasaran hanya berfungsi sebagai pengawet makan atau emulsifier saja. Sedangkan produk yang diteliti Wahyu Bahari dan timnya berfungsi ganda menjadi emulsifier dan pengawet makanan secara bersamaan.
Menurutnya, di negara Eropa, Amerika atau Jepang misalnya, komunitas yang menghindari produk hewani, baik alasan agama maupun orang vegetarian, sudah menjadi “ritual rutin” untuk memeriksa komposisi makanan yang dibeli. Salah satu yang menjadi fokus perhatian konsumen adalah asal emulsifier, apakah berasal dari tumbuhan atau hewan. Alasannya, untuk menghindari produk hewani, guna memastikan kehalalannya, memperhatikan aspek kesehatan (alergi) maupun gaya hidup vegetarian.

Baca juga :   ID Food dan ITS Bekerjasama Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

(Selengkapnya baca Majalah Sawit Indonesia Edisi 15 Maret-15 April 2017)

kelapa sawit sawit
Share. WhatsApp Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Email Telegram

Related Posts

Menerima Dana Tahap Awal Perdagangan Karbon

10 hours ago Berita Terbaru

TBS di Kalbar Capai Harga Tertinggi Rp2.661,93/kg

11 hours ago Berita Terbaru

BPDP Menginisiasi Pembentukan Sawit Learning Center (WINNER)

12 hours ago Berita Terbaru

RSPO dan ISPO Bukti Sawit Berkelanjutan

13 hours ago Berita Terbaru

Provinsi Kaltim Gelar Pasar Murah

14 hours ago Berita Terbaru

Transisi Energi Bagi Perlindungan Lingkungan Dari Dampak Perubahan Iklim

16 hours ago Berita Terbaru

BPBD Riau Mengirimkan Tim dan Peralatan Penanganan Karhutla ke Bengkalis

17 hours ago Berita Terbaru

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Menjadikan UMKM Sebagai Inti Bisnisnya

17 hours ago Berita Terbaru

Petani Sawit Turun ke Jalan, Protes Kebijakan Uni Eropa

1 day ago Berita Terbaru
Edisi Terbaru

Majalah Sawit Indonesia Edisi 136

Edisi Terbaru 1 month ago2 Mins Read
Event

Promosi Sawit Sehat Dan Lomba Kreasi Makanan Sehat UKMK Serta Masyarakat

Event 6 days ago1 Min Read
Latest Post

Menerima Dana Tahap Awal Perdagangan Karbon

10 hours ago

TBS di Kalbar Capai Harga Tertinggi Rp2.661,93/kg

11 hours ago

BPDP Menginisiasi Pembentukan Sawit Learning Center (WINNER)

12 hours ago

RSPO dan ISPO Bukti Sawit Berkelanjutan

13 hours ago

Provinsi Kaltim Gelar Pasar Murah

14 hours ago
WhatsApp Telegram Facebook Instagram Twitter
© 2023 Development by Majalah Sawit Indonesia Development Tim.

Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.

Go to mobile version