JAKARTA, SAWIT INDONESIA – PT Sampoerna Agro Tbk memperoleh total penjualan Rp2,66 triliun sepanjang semester pertama 2022 atau lebih rendah 2% dari periode sama 2021 yang sebesar Rp2,62 triliun .
Turunnnya pendapatan dipengaruhi dari segmen produk CPO sebagai kontributor utama pendapatan terbesar. Pendapatan dari CPO turun 6% yoy akibat volume penjualan CPO yang lebih rendah. Di sisi lain, Palm Kernel mencatatkan peningkatan pendapatan sebesar 32% yoy, ditopang oleh penguatan harga rata-rata Palm Kernel.
“Menguatnya harga CPO yang mencapai harga tertinggi sepanjang masa pada periode 1Q22 dan dampak dari pulihnya produksi TBS di 2Q22 dimana kondisi cuaca yang menguntungkan telah membuat perusahaan mempertahankan profitabilitasnya yang solid di paruh pertama tahun ini (“1H22”). Dengan demikian, Perseroan berhasil membukukan EBITDA yang kokoh sebesar Rp1,1 triliun di 1H22,” kata Budi Halim, CEO Perseroan dalam keterangan tertulis.
Ketegangan geopolitik di Ukraina yang masih berlanjut, kekurangan tenaga kerja di Malaysia, kenaikan harga minyak mentah, serta perubahan kebijakan regulasi di negara-negara produsen dan pengekspor membuat harga minyak nabati tetap kokoh di 2Q22. Hal tersebut menyembabkan harga CPO melonjak sebesar 55% yoy menjadi RM6.309/ton selama paruh pertama tahun 2022 (“1H22”).
Budi mengatakan menguatnya harga CPO di awal tahun 2022, harga jual rata-rata (ASP) Sampoerna Agro mencapai sekitar Rp14.800/kg pada 1H22, meningkat 48% yoy dibandingkan pada periode yang sama di tahun sebelumnya (“1H21”). Pada inti sawit (“PK”), yang merupakan produk penyumbang penjualan terbesar kedua, harga jual rata-ratanya sekitar Rp10.800/kg pada 1H22, meningkat 63% yoy dibandingkan dengan 1H21.
Di tahun ini, Sampoerna mencetak kenaikan laba bersih meningkat 39% menjadi Rp539 miliar pada semester pertama tahun ini. Capaian ini lebih baik dari periode sama tahun lalu sebesar Rp 386,9 miliar.
Kenaikan laba bersih ini berkat Perseroan berupaya untuk meningkatkan daya saing secara berkesinambungan yang dijalankan oleh manajemen seperti peningkatan kualitas posisi keuangan dan kinerja operasional. Di samping itu, kami juga terus berkomitmen dalam menerapkan ESG dan tata kelola perkebunan yang terbaik.
Prospek bisnis Perseroan ke depannya cukup baik, didukung oleh profil tanaman sawit yang masih berada dalam masa produktif dan ditopang oleh kegiatan intensifikasi kebun yang akan terus berjalan dalam beberapa tahun kedepan. Selain itu, adanya peningkatan produksi dari kebun inti serta proporsi panen yang semakin merata turut menambahkan optimisme manajemen dalam melihat kinerja yang baik bagi Sampoerna Agro.
“Didukung oleh kondisi cuaca yang baik, profil perkebunan serta kesinambungan perusahaan dalam mengoptimalkan produksi melalui intensifikasi, kami berharap produksi kelapa sawit dapat meningkat dalam beberapa bulan mendatang dan mencapai puncak produksinya sekitar bulan September atau Oktober 2022,” pungkas Budi.