Jakarta, SAWIT INDONESIA – First Resources Ltd, kelompok usaha sawit yang terdaftar di Bursa Singapura, mengalami penurunan pendapatan 20% menjadi US$980,6 juta (Rp14,7 triliun dengan kurs Rp 15.000) sepanjang 2023, dibandingkan tahun 2022 sebesar US$1,22 miliar (Rp18,38 triliun).
Dalam laporan tahunan First Resources 2023, volume penjualan produk sawit perusahaan naik secara keseluruhan, dimana volume penjualan CPO dan PK pada segmen Perkebunan dan Pabrik Kelapa Sawit meningkat 16,4% dan 4,7% menjadi 1.004.361 ton dan 208.915 ton. Berbeda dengan volume penjualan segmen refineri dan processing turun 12,5% menjadi 926.914 ton.
Walaupun demikian, First Resources mengandalkan penjualan dari segmen refineri dan processing yang berkontribusi US$681,37 juta dari keseluruhan pendapatan.
Dari aspek geografis, pendapatan First Resources ditopang dua negara: Indonesia dan Singapura. Di Indonesia, kontribusi pendapatang sebesar US$476,1 juta dan Singapura sebesar US$354,5 juta.
Laba bersih perusahaan tergerus sebagai akibat kenaikan neban pokok penjualan, yang terutama terdiri dari biaya panen, biaya pemeliharaan perkebunan, biaya umum perkebunan dan biaya pengolahan, serta TBS dan produk kelapa sawit lainnya yang dibeli dari petani plasma atau pihak ketiga, meningkat 3,6% menjadi AS$617,5 juta.
Dari kinerja produksi, First Resources mencetak rekor baru untuk produksi tahun 2023. Volume produksi TBS mencapai 3.584.486 ton dan melampaui rekor tahun sebelumnya sebesar 3.566.191 ton. TBS yang dipanen dari perkebunan inti meningkat 0,5% menjadi 3.070.683 ton pada FY2023 dari 3.055.203 ton pada FY2022, sementara perkebunan plasma mengalami peningkatan 0,6% menjadi 513.803 ton dari 510.988 ton pada FY2022.
Kontribusi utama produksi TBS perusahaan berasal dari perkebunan di Riau, yang merupakan kontributor produksi inti Grup, menyumbang 66% dari total produksi TBS inti pada 2023, dengan sisanya 34% berasal dari perkebunan kami di Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur.
Selain itu, tingkat rendemen minyak meningkat dari 22,3% pada 2022 menjadi 22,7% pada 2023, yang berkontribusi terhadap peningkatan hasil panen CPO menjadi 4,2 ton per hektar pada 2023. Dengan peningkatan pembelian hasil panen pihak ketiga sepanjang tahun, produksi CPO meningkat 8,0% menjadi 951.425 ton dibandingkan 881.062 ton pada 2022.
Sedangkan, produksi inti sawit juga mengalami peningkatan sebesar 5,0% menjadi 207.436 ton dari 197.620 ton pada pada 2022, dengan tingkat ekstraksi yang sedikit menurun menjadi 4,9% dari 5,0% pada pada 2022.
Hingga 31 Desember 2023, total area perkebunan yang dikelola Grup mencapai 213.421 hektar dengan usia rata-rata tertimbang 14 tahun. Sebanyak 58% dari perkebunan tersebut berada pada usia produksi utama yaitu delapan hingga 17 tahun, sementara 17% lainnya berusia tujuh tahun ke bawah.
Kegiatan replanting perkebunan yang lebih tua sekitar 6.000 hektar kelapa sawit selama tahun 2023, termasuk konversi 1.400 hektar perkebunan karet menjadi kelapa sawit. Pada 2024, perusahaan mengharapkan sekitar 3.000 hektar perkebunan inti kami akan memasuki usia produktif, yang akan berkontribusi pada pertumbuhan produksi di tahun mendatang