JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Menko Bidang Perekonomian RI, Airlangga Hartarto membuka 17th Indonesian Palm Oil Conference and 2022 Price Outlook secara virtual pada Rabu (1 Desember 2021). Kegiatan ini merupakan agenda rutin tahunan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI).
Airlangga Hartarto menjelaskan bahwa kelapa sawit menjadi komoditas yang punya daya tahan bagus dalam menopang pertumbuhan ekonomi selama pandemi. Industri kelapa sawit juga berkontribusi dalam penciptaan lapangan kerja baik langsung maupun tidak langsung.
“Indonesia menjadi negara produsen kelapa sawit terbesar yang menguasai 58% pangsa pasar minyak sawit dunia. Selain itu juga menghasilkan 40% dari total minyak nabati dunia yang berperan penting dalam ketahanan pangan di dunia,” ujar Airlangga dalam pembukaan IPOC yang mengusung tema mengusung tema “Role of Palm Oil Industry towards Sustained Economic Recovery.”
Di dalam negeri, pemerintah mengakui strategisnya sawit bagi perekonomian negara. Kontribusi sawit bagi perekonomian sebesar 15,6 persen terhadap total ekspor non-migas, dan 3,5 persen terhadap PDB nasional.
Pemerintah telah menjalankan pembangunan kelapa sawit berkelanjutan adalah Peraturan Presiden (Perpres) No. 44 Tahun 2020 tentang Sistem Sertifikasi Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia atau yang biasa dikenal sebagai Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO).
“Peraturan ini mewajibkan seluruh perusahaan dan pekebun sawit di Indonesia untuk mendapatkan sertifikasi ISPO, sebagai jaminan bahwa praktik produksi yang dijalankannya telah mengikuti prinsip dan kaidah keberlanjutan,” urainya.
Selain itu, telah diterbitkan Instruksi Presiden (Inpres) No. 6 Tahun 2019 tentang Rencana Aksi Nasional Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan (RAN KSB) 2019-2024. Peraturan itu dimandatkan kepada 14 kementerian/lembaga (K/L) dan 26 provinsi penghasil sawit di seluruh Indonesia.
“RAN KSB ini diharapkan mampu menyeimbangkan kelapa sawit dari aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan,” pungkasnya.
Sementara itu, Mona Surya, Ketua Panitia Penyelenggara IPOC menjelaskan saat ini harga sawit masih terus melejit karena produksi di negara produsen yang sedang menurun, disamping produksi minyak nabati lainnya yang juga mengalami pelambatan. Situasi ini tentu saja akan berubah jika produksi tinggi dan demand yang menurun, jika terjadi berkepanjangan maka harga akan kembali turun karena stok yang melimpah.
Atas dasar itulah diperlukan strategi yang tepat untuk menjaga kestabilan harga dan daya saing dalam situasi ini. Untuk itu, IPOC tahun ini akan membahas secara komprehesif mengenai strategi pemulihan ekonomi berkelanjutan kaitannya dengan peranan kelapa sawit.