Jakarta, Sawit Indonesia – Untuk menjaga integritas wilayah, biodiversitas, dan sumber daya alam yang ada di Indonesia, dibutuhkan citra satelit. Untuk itu, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Organisasi Riset Elektronika dan Informatika (OREI) melakukan riset berbasis data citra satelit untuk menjadi informasi yang dapat dimanfaatkan di berbagai sektor kehidupan.
Budi Prawara, Kepala OREI BRIN menyampaikan, data citra dapat dimanfaatkan untuk berbagai sektor. Data citra di antaranya dapat melihat hot spot kebakaran hutan. Pada sektor pertanian, dapat melihat data pertanian siap panen.
“Di sektor perikanan dapat melihat lokasi budi daya ikan dan rumput laut. Kemudian untuk identifikasi daerah kumuh, sehingga dapat mendukung program pemerintah agar lebih tepat sasaran,” jelasnya dalam sambutannya pada kunjungan Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) Provinsi Sulawesi Tenggara ke Kawasan Sains dan Teknologi (KST) Samaun Samadikun Bandung Jawa Barat, pada Jumat (27/06).
Pemanfaatan data citra satelit di bidang pertanian, dimanfaatkan untuk mewaspadai krisis pangan yang mulai terjadi. Berikutnya, kenaikan harga beberapa komunitas pangan, dan stok pangan yang menipis, serta permasalahan sektor pertanian di Indonesia melalui Smart Farming Menuju Pertanian 5.0.
Melalui penerapan kecerdasan buatan untuk optimalisasi pemberian nutrisi dan air dalam meningkatkan produktivitas tanaman cabai berbasis Internet of Things (IoT). Harry Bangkit, Peneliti Ahli Muda dari Pusat Riset Mekatronika Cerdas (PRMC) BRIN menyampaikan, risetnya menawarkan perangkat canggih untuk mengoptimalkan nutrisi dan penyediaan air, sehingga meningkatkan produktivitas dan keberlanjutan.
“Teknologi-teknologi ini memberdayakan petani dengan data real-time, wawasan prediktif, dan kontrol otomatis, sehingga memastikan pengelolaan sumber daya yang efisien dan tanaman cabai yang lebih sehat. Integrasi AI dan IoT berpotensi merevolusi pertanian, menjadikannya lebih tangguh dan mampu memenuhi permintaan pangan global yang terus meningkat,” jelasnya.
Selain itu, Harry dan timnya memiliki sensor soil atau tanah untuk mengetahui kondisi tanah, serta pemberian nutrisi dan air selama 24 jam secara otomatis. Setelah diberikan nutrisi dan air ini, juga terlihat langsung adanya peningkatan nutrisi pada tanaman tersebut. Sensor ini terhubung langsung melalui smartphone.
Bersama kelompok risetnya, Harry memanfaatkan plasma nanobubbles untuk sektor pertanian dan budidaya udang. Memanfaatkan gelembung Ultrafine (UFB) dengan Plasma sangat efektif dalam meningkatkan kinerja budidaya udang.
“Sedangkan UFBs + Plasma sangat efektif dalam proses pengolahan air kolam dan juga tepat dalam mengolah air kolam untuk digunakan kembali sebagai air baku kolam tanpa mencemari lingkungan air,” tutup Harry.
Menurut Harry, plasma nanobubbles juga digunakan untuk berbagai riset seperti identifikasi suara retak saat memanggang kopi, strategi efisien untuk pertanian presisi di masa depan. Akuakultur presisi untuk pengendalian kualitas air pada budidaya lobster air tawar berbasis IoT, dan sebagainya.
Kepala BRIDA Provinsi Sulawesi Tenggara, Isna berharap kunjungan ini dapat menambah wawasan guna mengembangkan daerah dalam mengelola kekayaan alam yang dimiliki baik pertambangan maupun sumber daya lainnya.“Kami berharap informasi yang diperoleh dapat dimanfaatkan untuk pengembangan daerah. Tentunya, dengan kolaborasi yang bisa dikembangkan dan diimplementasikan untuk disalurkan di Provinsi Sulawesi Tenggara,” harap Isna.
Hal senada disampaikan Lukman Shalahuddin Direktur Fasilitasi dan Pemantauan Riset dan Inovasi Daerah BRIN, bahwa skema pendanaan bisa dimanfaatkan untuk mendukung kerja sama riset antara BRIDA dengan BRIN.
“Sebagai solusi relevan untuk permasalahan di pemda, BRIDA dapat memanfaatkan periset dan infrastruktur, serta skema pendanaan riset BRIN. Kompetensi SDM iptek bisa dikembangkan melalui skema pada manajemen talenta BRIN,” tutup Lukman.
Sumber: brin.go.id