Program Integrasi Sapi Sawit yang diinisiasi pemerintah sejak 2017 lalu berpotensi untuk meningkatkan pendapatan bagi pelaku usaha sawit dan peternak sapi. Selain itu, bisa menekan biaya produksi untuk pupuk dan pakan. Kotoran sapi yang ada bisa dimanfaatkan untuk pupuk sementara rumput yang ada di lahan sawit secara otomatis menjadi pakan sapi.
Peluang program integrase sapi sawit yang besar. Mengingat luasan lahan sawit yang mencapai angka di atas 16 juta hektar. Data dari Ditjenbun mencatat, secara total saat ini luasan lahan sawit 16,38 juta hektar yang dikelola petani, perkebunan nasional dan perkebunan swasta.
Kendati berpeluang mendapat keuntungan dari program integrase sapi sawit, namun masih jarang perusahaan perkebunan sawit yang tertarik program tersebut. Secara umum peluang mendapatkan laba besar dari pengelolaan kebun dan peternakan sapi di dalam satu lokasi sehingga lebih efisien dan efektif. Selain untung dari tanaman kelapa sawit juga mendapat laba dari peternakan sapi.
Koordinator Kelapa Sawit dari Ditjen Perkebunan, Agus Hartono menyampaikan pemerintah menginiasi program integrase sapi sawit sejak 2017-2018. Bahkan, sebelum ada program tersebut Kementerian Pertanian mengeluarkan Peraturan Pemerintah No.105 Tahun 2014 tentang Integrasi Usaha Perkebunan Kelapa Sawit dengan Usaha Budidaya Sapi Potong.
“Terkait integrase sapi sawit, sebetulnya sudah di identifkasi potensi lahan yang bisa untuk integrase sapi sawit,” kata Agus dalam Forum Group Discussion (FDG) virtual yang diadakan pada Rabu (3Juni 2021).
Dijelaskan Agus, potensi lain yaitu tersedianya biomassa untuk pakan sapi sepanjang tahun. Antara lain pelepah dan daun sawit, bungkil sawit dan solid. Dan, tersedianya potensi SDM petani untuk mengelola usaha pembiakan dan penggemukan sapi. “Dengan program integrase sapi sawit akan mengurangi biaya pupuk herbisida di perkebunan sawit sekitar 30%, meningkatkan produksi Tandan Buah Segar (TBS) dan mewujudkan perkebunan sawit yang ramah lingkungan,” jelasnya.
Dari data yang ada, saat ini sudah ada lebih dari 10 perusahaan perkebunan yang menjalankan program Integrasi sapi sawit. Salah satunya PT Buana Karya Bhakti yang beroperasi di Tanah Bambu, Kalimantan Selatan.
Perusahaan tersebut menjalankan program integrase sapi sawit sejak 2016 dengan mendatangkan 300 ekorsapi dari Australia. Untuk menyukseskan integrase sapi sawit, PT BKB memiliki filosofi. “Selama 4-5 tahun program Integrasi Sapi Sawit tidak merasakan dampak negatif melainkan dampat positif yang didapat. Filosofi pada integrasi sapi sawit adalah kebun sawit sebagai tuan rumah dan sapi sebagai tamu. Tuan rumah yang baik akan melayani tamu dengan baik dan tamu yang baik tidak menggangu tuan rumah,” ujar M Zainudin, GM Agronomi PT Buana Karya Bhakti (BKB).
Kehadiran sapi yang diternak di perkebunan sawit dipercaya memberikan dampak positif bagi tanaman kelapa sawit. Sehingga saling menguntungkan baik untuk tanaman dan sapi. “Ada enam manfaat positif bagi perusahaan sejak mengembangkan model integrase sapi sawit,” kata Zainudin.
Pertama, peningkatan produksi TBS sebanyak 4% pada lahan/blok yang digunakan untuk gembala sapi. Kedua, efisiensi biaya pengendalian rumput gulma mencapai 47%. Penghematan ini terjadi karena penggunaan herbisida untuk pengendalian gulma digantikan secara otomatis oleh sapi yang mengonsumsi rumput di lahan sawit.
(Selengkapnya dapat dibaca di Majalah Sawit Indonesia, Edisi 116)