Indonesia tidak pernah kehabisan tokoh inspiratif dalam menjaga hutan dan lingkungan khususnya dalam pengendalian kebakaran hutan dan lahan. Kiprah dan perjuangan mereka dalam menjaga hutan dan lingkungannya seakan menjadi cermin bagi siapapun untuk menambah motivasi dalam menjaga alam dan lingkungannya. Salah satunya Wawan Hariyanto, tokoh pelopor Masyarakat Peduli Api (MPA) peraih Apresiasi Wanalestari Tahun 2021.
Wawan adalah anggota MPA Bayat, Klaten, Jawa Tengah, dia bersama teman-temannya terus berusaha menjaga desanya dari karhutla. Kekhawatirannya pada karhutla yang menimpa desanya membawa Wawan untuk terus menggerakan warga desa mencegah karhutla.
“Senang dan juga beban, ya, apresiasi wanalestari yang kami terima tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Kami ditunjuk oleh Balai Pengendalian Perubahan Iklim dan Kebakaran Hutan dan lahan untuk mewakili dalam apresiasi Wanalestari yang digelar Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) kemarin,” ungkap Wawan.
Apresiasi yang diterima Wawan itu buah dari semangat dan konsistensinya dalam menjaga alam dan lingkungan terutama dalam pengendalian karhutla. Tak salah, ia sampai dipilih menjadi salah satu anggota MPA yang menerima apresiasi Wanalestari Tahun 2021 dari Menteri LHK.
Bahkan, tahun ini, Wawan dan MPA Bayat sudah mulai menyusun kegiatan untuk program ProKlim yang juga dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim. Acara ini merupakan penghargaan yang diberikan untuk memperkuat kapasitas adaptasi masyarakat terhadap dampak perubahan iklim dan menurunkan emisi gas rumah kaca (GKR) serta memberikan pengakuan terhadap upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim.
Empat tahun bergerak dalam bidang pengendalian kebakaran hutan dan lahan bersama MPA Bayat membuat Wawan mempunyai banyak kisah yang dialami dalam upayanya mengendalian karhutla. Ia, awalnya, belajar secara otodidak, seluk beluk tentang pengendalian kebakaran hutan dan lahan. Hingga akhirnya Wawan dan MPA Bayat mendapatkan
“Faktor penyebab kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di wilayah Bayat adalah dari warga sendiri. Sudah diminta untuk tidak membakar daun jati kering di hutan tapi nekat,” terang Wawan Hariyanto anggota MPA Bayat saat dikunjungi oleh Tim dari Direktorat Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan (PKHL).
Wawan menyebut musim daun jati berguguran menjadi salah satu penanda rawan kebakaran. Dalam catatannya Kecamatan Bayat menjadi daerah rawan karena memiliki sejumlah lahan hutan di beberapa wilayah seperti di Desa Paseban, Tegalrejo, Krikilan, Kebon, Jotangan, Gunung Gajah, Krakitan dan Talang
“Rata-rata tegakan di hutan wilayah Kecamatan Bayat adalah tanaman jati sehingga kita mulai waspada musim gugur daun. Jika musim kemarau daun jati rawan terbakar dan ini kita mulai patroli antispasi kebakaran,” lanjutnya.
MPA Bayat yang mulai bergerak pada tahun 2018 merupakan wadah bagi Wawan untuk bersama berjuang mencegah dan memadamkan karhutla yang terjadi di wilayahnya. Dedikasi anggota MPA Bayat tak hanya sebatas itu saja, bahkan ketika Klaten terpapar pandemi Covid-19, Wawan dan kawan-kawan MPA Bayat ikut bergabung menjadi relawan Tim Kubur Cepat untuk menangani jenazah pasien Covid-19.
Sumber: sipongi.menlhk.go.id