Jakarta, Sawit Indonesia – Melalui Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2023 pemerintah telah menugaskan beberapa kementerian dan lembaga termasuk Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) terkait pengarusutamaan pelestarian keanekaragaman hayati dalam pembangunan berkelanjutan.
Salah satu dari lima tugas yang diamanatkan BRIN, yaitu melakukan pengelolaan keanekaragaman hayati sebagai aset nasional dalam bentuk depositori dan repositori spesimen untuk pemanfaatan yang berkelanjutan. Untuk itu Kepala BRIN mengeluarkan Peraturan BRIN Nomor 12 Tahun 2023 tentang Wajib Serah dan Wajib Simpan Data Primer dan Keluaran Hasil Riset.
Hal tersebut disampaikan Direktur Pengelolaan Koleksi Ilmiah BRIN Ratih Damayanti dalam acara Webinar Series #3 Laboratorium Sekuensing: “Plant Whole Genome Sequencing”, secara daring pada Senin (1/4).
Dalam pemaparannya sebagai narasumber, Ratih menjelaskan salah satu program kerja sama kemitraan BRIN yaitu Platform Kolaborasi Riset dan Inovasi untuk Indonesia Maju (RIIM) Invitasi Strategis.
“Skema Pendanaan RIIM Invitasi Strategis diberikan kepada institusi pimpinan riset dengan tema riset yang mengacu pada Rencana Strategis BRIN yaitu untuk pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi, sumber daya manusia unggul dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, sebagai penguat dan modal utama salah satu pilar dalam pembangunan nasional,” terang Ratih.
Terkait dengan pengelolaan koleksi ilmiah, terdapat salah satu dari 10 tema platform kolaborasi RIIM Invitasi Strategis, yaitu akuisisi data sumber daya hayati dan non hayati yang berlangsung mulai tahun 2024-2026.
Sebagai manajer program yang melibatkan berbagai pihak dari kementerian, lembaga, perguruan tinggi, bahkan mitra luar negeri, Ratih menjelaskan tujuan kegiatan yang direncanakan akan berlangsung 3 tahun.
“Kita akan membangun dan menyediakan data sumber daya hayati dan non hayati Indonesia yang komprehensif untuk kebutuhan taksonomi, forensik, dan pemanfaatan berkelanjutan. Secara singkat kita akan mewujudkan One Data Sumber Daya Hayati dan Non Hayati Indonesia,” tegasnya. Ia menyebutkan database koleksi nasional yang sudah dan sedang dibangun BRIN adalah berdasarkan koleksi ilmiah yang saat ini terpusat di Gedung Kehati KST Soekarno, Cibinong.
“Sebagai modal awal, kami telah memiliki database keanekaragaman hayati dan non hayati Indonesia terintegrasi atau SEKAR seperti database zoologi, herbarium, koleksi tanaman di kebun raya Indonesia, bank biji, dan xylarium atau kayu, serta mikroorganisma. Kami juga memiliki database non hayati seperti geodiversitas atau keragaman bebatuan dan arkeologi,” ujarnya.
Dia meyakini SEKAR perlu dikembangkan lebih lanjut sesuai dengan perkembangan teknologi, sehingga diperoleh data yang lebih komprehensif melalui analisis molekuler, analisis struktur, kandungan mineral, metode perbanyakan, dan manfaatnya.
Sebagai sarana pendukung, Ratih menyebutkan beberapa fasilitas atau infrastruktur riset yang dapat dimanfaatkan seperti Laboratorium Pusat Sekuensing BRIN, Micro-CT Scan, Cryo-EM, dan Cellomics and High-Content Screening CX7-LZR.
“Melalui data hasil whole genome sequencing (WGS) and environmental DNA Biodiversitas Indonesia, dapat dijadikan fondasi riset pelestarian biodiversitas dan pemanfaatan berkelanjutan. Contoh lain sampel berasal dari mikrobial seperti bakteri, arkea, virus, fungi yang merupakan sumber daya genetik, data WGS nya menjadi basis riset mikrobiologi terapan pada aplikasi kesehatan, pertanian dan pangan. Sedangkan sampel yang berasal dari manusia dapat menjadi basis riset kesehatan untuk penyakit genetik, cancer, mekanisme pathogenesis, dan riset populasi manusia,” pungkasnya.
Sumber: brin.go.id