JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Pemerintah Inggris khawatir dengan ancaman boikot pembelian maskapai Airbus yang diungkapkan Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla dan sejumlah menteri di Kabinet Kerja.
Pemerintah Indonesia merasa geram dengan keputusan sepihak Iceland, jaringan pasar swalayan di Inggris, yang memutuskan tak akan lagi menjual produk yang mengandung minyak sawit
Di Inggris, maskapai Airbus mengoperasikan dua pabrik besar di Inggris, dekat Bristol dan Chester, yang mempekerjakan total 13.000 orang. Pabrik ini menghasilkan sayap untuk pesawat.
Seperti dilansir dari laman berita express.co.uk, pelarangan sawit di Uni Eropa menjadi tema bahasan pekan lalu dalam pertemuan antara duta besar Inggris di Jakarta dan Menteri Badan Usaha Milik Negara Indonesia, Rini Mariani Soemarno.
Menteri Rini menegaskan bahwa tidak ada pembicaraan perdagangan dengan negara Eropa manapun, apabila ancaman larangan minyak sawit belum dicabut.
Tory MP Richard Graham, utusan perdagangan Inggris, hadir pada pertemuan tersebut dan diberitahu penghentian sementara dalam pembicaraan perdagangan juga diterapkan pada kesepakatan pesawat Airbus.
“Kita ingatkan pada Uni Eropa jangan diskriminatif, karena kita juga bisa mengambil kebijakan yang sama,” ujar JK di Jakarta, kemarin.
JK menegaskan, jika Parlemen Uni Eropa tetap memberlakukan larangan Crude Palm Oil (CPO) tersebut, maka Indonesia tak segan akan melakukan tindakan balasan. Salah satunya yakni memberhentikan pembelian pesawat Airbus.
Departemen Perdagangan Internasional menyatakan keprihatinannya dengan memburuknya hubungan dengan Indonesia, yang diprediksi menjadi ekonomi terbesar keempat dunia pada tahun 2050.
Sumarjono Saragih, Ketua Bidang Ketenagakerjan GAPKI, menyebutkan Inggris bersikap tidak adil terutama Iceland karena sawit lebih produktif daripada minyak nabati lain. “Kedelai lebih rakus lahan daripada sawit karena rendahnya produktivitas kedelai,”tambah Sumarjono.
Malaysia, produsen sawit nomor dua di dunia juga mengeluarkan ancaman serupa kepada pemerintah Inggris. Menteri Malaysia, Mah Siew Keong, mengatakan, “Jika kampanye negatif dan kebijakan diskriminatif terhadap minyak sawit ini terus berlanjut, kami juga dapat membalas. Jangan berharap kami akan terus membeli produk Eropa. ”
Perusahaan-perusahaan Inggris yang dapat terkena perang dagang Uni Eropa dengan Malaysia termasuk pabrikan militer raksasa BAE, mempertaruhkan penjualan sebesar 4 miliar poundsterling.
Perusahaan Inggris lainnya yang terkena imbas adalah produsen helikopter AW159 yang mencapai kesepakatan senilai hingga 300 juta poundsterling dengan Malaysia. Termasuk Airbus Inggris, yang mengajukan tawaran penjualan satelit komunikasi senilai 500- 700 juta poundsterling.