JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Fadhil Hasan, Direktur Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) mengatakan penurunan ekspor produk sawit Indonesia ke Pakistan karena kesulitan bersaing dengan Malaysia.
“Pangsa pasar Indonesia telah direbut oleh Malaysia. Sawit Malaysia lebih kompetitif harganya karena tidak ada pajak yang diberlakukan untuk produk turunan minyak sawit,” ucap Fadhil.
Selain itu, menurut Fadhil, Faktor lainnya adalah lobi Malaysia sangat aktif untuk meningkatkan perdagangan dengan pembahasan Review Free Trade Agreement antara Malaysia dan Pakistan dimana banyak peluang investasi dan tarif rendah yang ditawarkan Malaysia.
Ekspor sawit Indonesia ke Pakistan turun sebesar 31% menjadi 142,21 ribu ton pada Mei dibandingkan bulan sebelumnya atau dari 207,21 ribu ton di April 2017.
Ekspor minyak sawit Indonesia sepanjang Mei hanya terkerek 2% saja atau dari 2,56 juta ton di April meningkat menjadi 2,62 juta ton pada Mei.
Kinerja ekspor Indonesia selama periode Januari – Mei 2017 tercatat meningkat 29% dibandingkan dengan kurun waktu yang sama tahun lalu, atau dari 9,35 juta ton meningkat menjadi 12,10 juta ton.
“Hal ini menunjukkan pasar ekspor Indonesia tetap tumbuh meskipun berbagai kampanye hitam terus membayangi industri sawit,” tutur Fadhil.
Berdasarkan data KBRI di Pakistan, produk sawit Indonesia sejak 2014 hingga 2016 menguasai pasar sawit Pakistan. Pada 2014 Indonesia memiliki market share 72,5% yang meningkat menjadi 83% di 2015 dan 82% di 2016. Pakistan merupakan importir ke-3 terbesar edible oil di dunia dengan jumlah sebesar 2,6 juta metrik ton pada 2016.
Sebagian besar impor edible oil dipenuhi dalam bentuk minyak sawit dengan jumlah 2,2 juta metrik ton. Di Pakistan edible oil menstimulasi pertumbuhan berbagai industri mulai dari minyak goreng, makanan, hingga sabun. Sumber impor utama Pakistan untuk produk edible oil adalah Indonesia dan Malaysia