Palmex Indonesia 2019 kembali menghadirkan produk teknologi terbaru bagi industri kelapa sawit. Mendukung pelaku untuk memperkuat teknologi dan inovasi di proses pengolahan sawit.
Palmex Indonesia 2019 menjadi ajang pameran industri sawit terbesardan terlengkap di Indonesia. Pameran tahunan ini juga didukung Indonesia International Palm Oil Conference (IIPOC) bertemakan “Revolusi Industri 4.0 di Industri Kelapa Sawit”. Untuk mendukung revolusi industri di industri minyak kelapa sawit, Palmex lndonesia 2019 juga menyediakan area khusus yang dirancang untuk inovasi unik di industri minyak kelapa sawit. Palmex Indonesia 2019 berlangsung di Santika Premiere Dyandra Hotel and Convention, Medan berlangsung pada 8-10 Oktober 2019. Pameran ini dibuka Wakil Ketua Umum bidang Investasi dan Promosi Kamar Dagang Industri (KADIN) Sumatra Utara Jonner Napitupulu.
Director PT Fireworks Indonesia Susan Tricia, mengatakan pameran ini menghadirkan berbagai teknologi terbaru yang dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi kerja pabrik kelapa sawit dan juga untuk menambah produksi dalam waktu bersamaan.
Beberapa perusahaan yang berpartisipasi dalam pameran dan seminar kelapa sawit tersebut antara lain Indonesian Oil Palm Research Institute (IOPRI), institut Teknologi dan Sains Bandung (lTSB), PT Seriyus Hutama, dan Asosiasi Petani Kelapa Sawit lndonesia (DPP Apkasindo).
Selain itu, para peserta pameran yang turut meramaikan pameran Palmex Indonesia 2019 adalah Quick Tractor, PT. Astra Otoparts, Tbk. PT. Rajawali Nusindo, PT. Super Andalas Steel, Kaltimex Energy, PT. Sampoerna Agro Tbk, PT. Smart Tbk, PT. PP London Sumatera, PT. Sociin Indonesia, PT. Atmindo Tbk, YKL Engineering, lES Biogas dan masih banyak bgi, menghadirkan berbagai pilihan teknologi, produk serta solusi terbaru yang diperlukan untuk mengohh kelapa sawit.
Jonner Napitupulu mengatakan sektor yang mendorong ekonomi Sumut adalah industri manufaktur, pertanian, penggalian gas dan minyak bumi. Menurut data Kemendag (Kementerian Perdagangan) mencatat Sumut telah mengekspor barang senilai 43 miliar USD.
“Lima tahun terahir minyak menjadi produk ekspor utama Sumut. Indonesia juga menjadi eksportir minyak kelapa sawit terbesar dunia dengan pangsa pasar 54,19 persen dari total ekspor dunia pada 2018, diikuti Malaysia dengan pangsa pasar 29,27 persen” ujarnya.
Meskipun demikian, kata Jonner, selama Januari sampai dengan Agustus nilai ekpor Indonesia menurun, dan hal ini disebabkan pelemahan permintaan sejumlah pasar tujuan utama. Sejumlah isu yang menghambat diantaranya adalah tingginya biaya masuk ke India, penghapusan kebijakan, penghapusan biodiesel berbasis pangan oleh Eropa, dan tingginya persediaan produk minyak nabati lainnya di pasar global seperti minyak biji bunga matahari.
“Saat ini harga CPO masih terpengaruh Eropa padahal Indonesia penghasilan kelapa sawit tidak mampu menurunkan harga,” tambahnya.
Ia mengatakan dalam enam bulan terakhir Sumut dikunjungi oleh beberapa duta besar antara lain Jerman, Kanada, Belgia dan delegasi Amerika (New York), dan isu yang dibahas adalah kelapa sawit.
(Selengkapnya dapat di baca di Majalah Sawit Indonesia, Edisis 96)