PT Palm Inti Lestari menawarkan varietas DxP Simalungun kepada petani dan perusahaan sawit di provinsi Riau.
Kebutuhan benih sawit kian meningkat menjelang program penggantian tanaman tua yang berada di usia 25 tahun. Program ini bertujuan memperbaiki produktivitas dan kualitas tanaman sawit sehingga kembali memberikan keuntungan yang lebih signifikan kepada pekebun.
Kesempatan ini dibaca dengan baik oleh PT Palma Inti Lestari yang menjalin kerjasama Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) semenjak tahun 2004. Kerjasama ini meliputi program pemuliaan kelapa sawit yang mapan dan terarah. Dalam hal ini, PT Palma Inti Lestari bertindak sebagai waralaba varietas dari program pemuliaan oleh PPKS sesuai dengan surat keputusan (No:18/SUPER/PPKS/VII/2004).
Dari kerjasama tersebut pada Tahun 2006 dan 2008 dijalankan penanaman material pohon induk varietas DxP Simalungun, di Kelurahan Pasir Sialang Kecamatan Bangkinang Kabupataen Kampar Propinsi Riau
Reza Indriadi, Direktur PT. Palma Inti Lestari, menjelaskan bahwa dasar kerjasama ini yaitu kebutuhan benih unggulan terutama untuk perkebunan di lingkungan perkebunan Darmex Agro dan anak perusahaannya, masyarakat dan petani swadaya di lingkungan perkebunan.
Pola kerjasama waralaba yaitu PPKS (pemilik varietas) mereproduksi pohon induk hasil program pemuliaannya yang digunakan oleh PT Palma Inti Lestari untuk menghasilkan benih. Menurut Reza, proses produksi kecambah kelapa sawit dimulai dari hasil pemilihan pohon tetua betina dura dan pohon tetua jantan pisifera, yang telah dievaluasi oleh tim kelayakan pohon induk kelapa sawit Direktorat Jenderal Perkebunan pada 24 April 2015. Setelah melewati proses verifikasi tercatat sudah ada 1.095 pohon tetua betina dura dan 32 pohon tetua jantan pisifera untuk menghasilkan benih kelapa sawit reproduksi DxP Varietas Simalungun. PT. Palma Inti Lestari merupakan salah satu sumber benih kelapa sawit berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor: No: 09/Kpts/KB.020/2/2016.
“Saat ini, benih yang banyak diminta konsumen adalah varietas DxP Simalungun,”kata Reza.
Reza mengatakan varietas DxP Simalungun banyak diminati para konsumen lantaran memiliki banyak keuanggulan. Diantaranya, kata dia, produktifitas benih mampu mencapai tinggi 35 ton/ Ha dengan rendemen 26.5%, sedangkan produksi minyak sawit mentah (CPO) mencapai 7.6-8.5 ton/ Ha per tahun dengan laju pertumbuhan tinggi tanaman sampai 70-80 cm per tahun. Selain itu, usia panen dapat dilakukan pada usia 30 bulan dan tahan terhadap penyakit Curvularia sp dan crown desease, dengan populasi yang disarankan 135 pokok/Ha.
Dalam percobaan penanaman varietas DxP Simalungun pada tipe tanah tropudults, tekstur lempung berpasir dengan pH 4.4 – 4.6 akan diperoleh produksi awal yang tinggi dengan kisaran umur 35-47 bulan setelah masa tanam dengan jumlah jenjang 22.67 dan berat tandan rata-rata 10.06 kilogram. Hal ini berpotensi menghasilkan lebih dari 28 ton/Ha dalam setahun dengan persentase daging buah sekitar 82 %, persentase minyak 51 %, tingkat rendemen di laboratorium pada 31 % dan tingkat rendemen di pabrik pengolahan minyak kelapa sawit mencapai 26,5 %.
Perusahaan melakukan proses produksi benih di kebun di Kelurahan Pasir Sialang, Kecamatan Bangkinang dan Kabupaten Kampar, Provinsi Riau yang berjarak 96 Km arah Barat Kota Pekanbaru, melalui proses pembungkusan bunga, penyerbukan, perkecambahan, serta packaging. (Ferrika)
(Selengkapnya Majalah SAWIT INDONESIA Edisi 15 Maret-15 April 2016)