Pertumbuhan industri kelapa sawit nasional tidak terlepas dari dukungan teknologi dan inovasi mulai dari perkebunan, pabrik, hingga refineri. Peluang ini dibaca oleh PT Fireworks Indonesia yang telah menyelenggarakan Palm Oil Expo (Palmex) keempat kalinya di Medan, Sumatera Utara. Untuk tahun ini, jumlah perusahaan yang menjadi peserta pameran mencapai 100 perusahaan dari dalam dan luar negeri.
Berbicara kelapa sawit sulit dilepaskan dari daerah Sumatera Utara yang menjadi sentra produksi tertua Indonesia. Di provinsi ini, akan banyak dijumpai perusahaan perkebunan, supporting industri, kontraktor, dan jasa industri lain yang saling berkaitan dengan industri sawit.
Susan Tricia, Direktur Utama PT Fireworks Indonesia, menjelaskan, pameran Palmex di Medan memberikan informasi dan menawarkan produk, teknologi, serta solusi terbaru yang diperlukan industri kelapa sawit di sektor hulu dan hilir. Lewat pameran ini, pelaku memperoleh informasi mengenai teknologi yang ramah lingkungan dan membantu peningkatan efektivitas serta efisiensi kerja pabrik sawit.
Pemilihan Medan sebagai kota penyelenggara Palmex pada tahun ini, menurut Susan, provinsi ini salah satu produsen sawit terbesar di Indonesia. Untuk tahun ini, jumlah peserta pameran andan pengunjung ditargetkan akan meningkat dari tahun lalu. Ini terbukti dengan semakin bertambahnya peserta pameran dari 75 eksibitor pada 2011, menjadi 100 eksibitor pada 2012.
Sementara itu, peserta pameran akan bertambah menjadi 7.000 pengunjung atau naik 25,4% dibandingkan tahun lalu sebanyak 5.580 pengunjung. Dari 7.000 orang ini terdiri dari 35% kalangan 35% dari kalangan CEO, 23% dari engineers dan sekitar 34% merupakan pembeli.
Palmex Indonesia tahun ini ditargetkan transaksi on the spot dapat mencapai US$ 250 juta dari tahun kemarin berjumlah US$ 150 juta. Jumlah transaksi tahun ini pun lebih tinggi dibandingkan 2010 yang berjumlah US$ 150 juta.
Kenaikan target transaksi ini akan dapat tercapai karena Palmex menjadi tempat pertemuan petinggi perusahaan perkebunan terbesar di Asia Tenggara. Tak hanya itu, industri kelapa sawit di Sumatra Utara, khususnya, dan Pulau Sumatra pada umumnya, membutuhkan dukungan teknologi terbaru yang dipamerkan di acara ini.
Dari luar negeri, peserta pameran Palmex tahun ini antara lain Singapura, Inggris, Malaysia, India, China, Italia, Jerman, dan Vietnam. Menurut Susan, kondisi ini semakin mengukuhkan Palmex Indonesia sebagai rujukan bagi para pelaku industri kelapa sawit. Ini juga memperlihatkan jika industri minyak sawit semakin menggeliat.
Sabrina, Asisten Ekonomi dan Pembangunan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Pempropsu), menyatakan kontribusi industri sawit di Sumatera Utara sangatlah besar terhadap Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) dan Pendapatan Domestik Bruto (PDB).
Sabrina menjelaskan pemerintah daerah sedang mendorong peningkatan industri sawit di daerah lewat kebijakan pembatasan pembukaan lahan baru tetapi memprioritaskan rekomendasi terhadap sektor industri hilir. “Pengusaha yang berminat mendirikan industri hiir maka akan dibantu pemerintah dan sangat terbuka. Sementara pembukaan lahan, tidak direkomendasikan sebab tidak ada lagi lahan tersedia,” ucapnya.
Saat ini, pemerintah daerah Sumatera Utara sedang menyelesaikan pembangunan infrastruktur untuk membantu kawasan Industri Sei Mangkei. Lahan seluas 600 hektare akan dibangun antara lain jalan raya dan jalan kereta api, lalu akan dibangun pembangkit listrik dari limbah kelapa sawit sebesar 2×3,5 MW.
H Rahudman Harahap, Walikota Medan berpendapat Palmex Indonesia 2012 berperan penting dan strategis dalam menginformasikan teknologi terbaru dalam mengolah kelapa sawit dan turunannya. Sebenarnya, industri kelapa sawit ini dibutuhkan inovasi dan teknologi yang tidak bisa berjalan-sendiri.
Roedy Soegianto, Sales Departement PT Indonesian Marine, mengatakan Palmex tahun ini lebih ramai dari segi peserta sehingga menguntungkan perusahaan. Selain itu, kegiatan pameran ini lebih atraktif dan sesuai dengan ekspektasi perusahaan. (Qayuum Amri)