Sebagai produsen sawit terbesar, Indonesia perlu menambah koleksi plasma nutfah sawit terutama Elaeis oleifera. Material genetik asli kawasan Amerika Selatan ini berpeluang menjawab kebutuhan industri sawit.
“Indonesia harus memperkaya keragaman material genetik. Dari 14 juta hektar perkebunan sawit kita, seluruh benih dari jenis Elaeis guinensis. Basis genetik kita saat ini terbilang sempit,” kata Dwi Asmono, Direktur PT Sampoerna Agro Tbk.
Semenjak 20 tahun terakhir, kalangan produsen benih sawit berupaya mendatangkan material genetik baru ke Indonesia. Melalui Konsorsium Plasma Nutfah Kelapa Sawit Indonesia, para produsen bekerja sama untuk melaksanakan eksplorasi dan evaluasi material genetik di pusat-pusat keragaman kelapa sawit dunia. Dunia perkelapasawitan saat ini mengenal dua jenis sawit yaitu Elaeis guineensis dan Elaeis oleifera.
Elaeis guineensis berasal dari daratan benua Afrika. Tanaman sawit yang pertama kali ditanam di Indonesia adalah E. guineensis, berasal dari Afrika Barat, seperti Zaire, Nigeria dan Pantai Gading. Dengan proses riset yang panjang, telah dihasilkan beragam varietas unggul hibrida kelapa sawit dura x pisifera (DxP) guineensis, yang kini mendominasi perkebunan sawit Indonesia dan Asia Tenggara.
Untuk memperkaya material genetik yang sudah ada, Konsorsium Plasma Nutfah melakukan eksplorasi material baru guineensis di Angola pada 2010. Eksplorasi ini bekerjasama dengan pemulia benih dari MPOB Malaysia.
Sebelumnya, Tim Konsorsium juga pernah melakukan ekspedisi benih sawit ke Kamerun pada 2008. Kerjasama ekspedisi material genetik ini didukung pemerintah karena dalam skema government to government (G to G). “Material dari kedua negara tadi telah diintroduksi ke Indonesia,” jelas Dwi.
Koleksi plasma nutfah sawit baru selain ditanam oleh masing-masing anggota Konsorsium, juga ada di Kebun Sijunjung, Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat. Badan Litbang Pertanian yang mengelola kebun koleksi plasma nutfah ini. Berdasarkan data Badan Litbang Pertanian, koleksi plasma nutfah kelapa sawit di Kebun Percobaan Sijunjung terdiri atas 959 pohon sawit asal Kamerun dan 728 pohon asal Angola.
Elaeis oleifera adalah material genetik yang sangat dinanti produsen benih. Tanaman sawit oleifera ini asli dari kawasan Amerika Selatan dan Amerika Tengah. Oleifera terbilang unik dan berbeda dengan guineensis. Pertumbuhan tinggi tanaman berbasis oleifera lebih lambat. Selain itu, oleifera cenderung memiliki karakter warna buah virescen (hijau-orange), lonjong dengan panjang rerata 3 cm.
Dwi Asmono mengakui rendemen minyak yang dihasilkan material oleifera masih lebih rendah dari guineensis. Tetapi produktivitas tandan buah segar (TBS) dan kualitas minyak sawit hibrida dengan basis oleifera sangat bagus.