JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) berharap pemerintah menjaga ekonomi petani sawit. Pasalnya, sawit saat ini masih menjadi tumpuan kemajuan ekonomi Indonesia. Hal itu tercermin dari laporan BPS mengenai Nilai Tukar Petani (NTP) pada September 2023 menjadi 114,14 atau naik 2,05 persen dan salah satunya disumbang oleh kelapa sawit.
Ketua Umum Apkasindo Dr. Gulat Manurung mengatakan dari sini harus menjadi catatan penting bagi pemerintah bahwa mengganggu ekonomi petani sawit, maka akan fatal akibatnya terhdap ekonomi nasional karena Indeks multiflyer effek sawit sangat tinggi sebesar 2,04 yang artinya dampaknya terhdap sektor ekonomi lain sangat tinggi, dibandingkan tanaman lain seperti karet yang hanya 0,54.
Memang ada 4 komoditas yang dominan mempengaruhi kenaikan indeks yang diterima petani seperti gabah, kelapa sawit, jagung dan kakao, tapi yang paling domiman di antaranya adalah NTP sawit.
“Kebalikan yang terjadi adalah di NTP Petani Hortikultura dimana terjadi penurunan NTP ssebesar 3,34 persen. Penurunan ini karena indeks yang diterima petani (IT) turun 3,21, sedangkan IB mengalami kenaikan 0,22 persen,” jelas Gulat saat dihubungi, Selasa (3/10/2023).
Menurut Gulat, kecenderungan terhadap gangguan terhadap ekonomi petani sawit saat ini sudah tampak jelas seperti adanya klaim kawasan hutan oleh Kementerian Lingkungan Hiduan dan Kehutanan (KLHK) yang berujung kena pasal 110B dan di dalamnya ada denda serta tidak boleh di replanting (hanya 1 daur).
“Ini akan sangat bahaya yang bukan hanya kepada ekonomi petani tapi secara nasional akan memicu dampak negatif lainnya seperti ekonomi, politik, sosial dan kamtibmas,” ungkap Gulat.
Lebih lanjut, dia juga membandingkan 3 provinsi yang mencatatkan kenaikan NTP, yakni Riau, Kalimantan Timur dan Jawa Barat.
NTP Riau Agustus 150,46 dan September jadi 151,26, terjadi kenaikan 0,53 ppersen. Namun yang paling banyak menyumbang kenaikan ini adalah NTP Perkebunan sawit rakyat sebesar 162,76 dimana bulan Agustus lalu 161,96. Sedangkan Kalimantan Timur NTP-nya 128,79 di mana bulan Agustus lalu 125,79.
Jika dilihat provinsi yang tidak ada sawit seperti Jawa Barat, NTP-nya hanya 109,43, di mana bulan lalu hanya 106,38. Namun secara umum terjadi kenaikan NTP di tiga provinsi ini.
“Tingginya NTP sawit menggambarkan peran ekonomi sawit sangat urgen secara nasional,” tandas Gulat.
Penulis : Indra Gunawan