JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Tren positif harga CPO sepanjang 2022 akan berdampak positif bagi pendapatan devisa ekspor sawit. Pada 2022, nilai ekspor sawit diperkirakan mencapai US$38 miliar atau setara Rp 592 triliun (kurs Rp 15.600). Hal ini diungkapkan Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian RI, Andi Nur Alamsyah, pekan lalu di Jakarta.
“Ekspor produk sawit sampai akhir tahun ini akan menyumbangkan devisa mencapai US$ 38 miliar, lebih besar dibandingkan perolehan devisa tahun 2021. Dari data BPS (Badan Pusat Statistik), ekspor produk sawit menghasilkan devisa sebesar US$ 30,34 miliar pada 2021,” ujar Andi.
Menurutnya, ekspor komoditas sawit sampai dengan bulan Oktober 2022 (angka sementara) tercatat sebesar US$ 26,35 miliar.
“Industri kelapa sawit juga menyerap tenaga kerja sekitar 17 juta orang, yang terserap di sektor on farm maupun off farm. Pembangunan wilayah tidak bisa terlepaskan dari peran perkebunan sawit, wilayah sentra perkebunan kini menjadi pusat perekonomian di wilayahnya” ungkapnya.
Fadhil Hasan, Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri GAPKI, menjelaskan bahwa kspor produk sawit didominasi oleh produk turunan sementara minyak sawit hanya 20% sebagai kontribusi berjalannya kebijaan hilirisasi.
Pertumbuhan ekspor dalam tiga tahun terakhir menunjukkan tren yang menurun terutama akibat pandemi Covid 19. Pada semester I tahun 2022 ekspor mengalami disruspi dan turun tajam akibat kebijakan restriksi dan larangan ekspor, namun pulih pada semester II 2022, namun tidak sepenuhnya bisa mengkompensasi sepenuhnya.
Ekspor pada tahun 2021 mencatatkan pertumbuhan positif dibandingkan dengan tahun 2020 kecuali India, Spanyol, negara-negara Asia, Italia dan Bangladesh serta negara Eropa lainnya.
Sementara sampai Agustus 2022 ekspor mencatatkan perrtumbuhan positif ke negara-negara India, US, dan timur tengah tapi negative ke negara-negara lainnya termasuk Tiongkok, Spanyol, EU dan Asia.