JAKARTA, SAWIT INDONESIA – DPP Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO) mengadakan dialog dan diskusi bersama Menteri Koperasi dan UKM RI, Teten Masduki, pada Selasa (4 Agustus 2020) pukul 14.00 WIB. Dialog ini akan diikuti petani sawit dari 117 kabupaten dan 22 provinsi penghasil kelapa sawit se-Indonesia.
“Dialog ini dipastikan akan dihadiri Menteri Teten Masduki untuk membantu koperasi petani sawit kembali berkibar khususny ditengah Pandemi Covid-19 ini. Kelembagaan petani perlu diperkuat melalui koperasi, Petani akan kuat jika bersatu dalam suatu kelembagaan. Saatnya koperasi petani sawit naik kelas,” ujar Ir. Gulat ME Manurung, MP.,C.APO Ketua Umum DPP APKASINDO, saat berbincang melalui sambungan aplikasi zoom, Senin (3 Agustus 2020).
Gulat Manurung memastikan dialog ini akan dihadiri sekitar 500 peserta berasal dari perwakilan anggota Apkasindo di 117 DPD dari 22 DPW APKASINDO, koperasi, kelompok tani Kelapa Sawit, Auditor ISPO, Akademisi, serta asosiasi sawit lain maupun kelembagaan terkait. “Petani APKASINDO sangat antusias bertemu Menteri Koperasi, sebelumnya belum pernah terjadi,” ujar Gulat.
Kelapa Sawit rakyat, identik dengan koperasi, namun aroma ini terasa hilang pada 20 tahun terakhir, melalui diskusi zoom ini diharapkan kilometer nol untuk menjadikan Kementerian Koperasi dan UKM sebagai mitra Petani terdepan bidang pembiayaan, tentu dengan new model koperasi, ujar Gulat.
Dr. Purwadi, MS, selaku Direktur Pusat Sains Sawit INSTIPER Jogja yang juga Dewan Pembina DPP APKASINDO menjelaskan untuk membangun daya saing sawit rakyat berkelanjutan memiliki 3 tantangan yaitu Pada saat ini kelembagaan petani masih belum kuat, manajemen kelembagaan belum standar, kepercayaan “trust” belum terbangun.
Kelembagaan koperasi yang diyakini menjadi kelembagaan yang paling cocok masih menghadapi tantangan yang besar terkait “sejarah masa lalu”. Permasalahan kelembagaan petani “masa lalu” adalah kegagalan trasformasi dari kelembagaan petani bersifat sosial menjadi kelembagaan ekonomi, dan pada saatnya muncul “dis-trust”. Untuk membangun daya saing sawit rakyat berkelanjutan memiliki 2 tantangan yaitu membangun sistem informasi standar dan mencetak SDM (manajer) profesional, Pada saat ini tersedia alat bantu teknologi untuk membangun Sistem Informasi Manajemen Koperasi, juga telah tumbuh Petani Sawit Generasi Kedua, masih muda dan respon terhadap teknologi, akuntabilitas dan transparansi.
Ditambahkan Purwadi, saat ini telah tumbuh kesadaran untuk membangun kemitraan yang berkeadilan dengan industri input dan pabrik pengolah TBS. Petani ingin kelembagaan kuat agar bisa memiliki “bargaining position” daya tawar yang kuat dengen mitranya. Maka saatnya sekarang kita bangun kelembagaan ekonomi “Koperasi Petani Sawit Rakyat” sebagai wujud model kelembagaan ekonomi petani yang berkeadailan dan mampu meningkatkan kesejahteraan yaitu Koperasi Petani Sawit Rakyat dengan manajemen yang sehat “clean and clear” dengan kemitraan ekonomi bersama yang kuat.
Oleh karena itu, petani membutuhkan support dan fasilitasi pemerintah sebagai administrator pembangunan masyarakat, berupa pelatihan SDM Manajajer Koperasi, pengembangan Sistem Infomrasi Manajamen Khusus untuk Koperasi Petani sawit Rakyat, dukungan regulasi dan fasilitasi untuk akses program-program pembiayaan khususnya KUR-Khusus untuk PSR dan Intensfikasi kebun.
Djono A Burhan, S.Ikom., MMgt (Int.Bus).,CC.,CA, bidang SDM DPP APKASINDO, menggambarkan bahwa diskusi melalui Zoom ini akan sangat berbeda, karena pesertanya adalah pelaku langsung usaha tani dan inilah mengapa selalu disebut Petani Sawit itu seksi, karena telah terbukti kelapa sawit adalah lokomotif perekonomian Indonesia, terkhusus masa-masa sulit dampak covid-19 saat ini.
“Petani Sawit ingin naik kelas melalui kelembagaan Koperasi yang berbasis Petani Sawit Milenial, anak-anak Petani Sawit yang sudah disekolahkan melalui Beasiswa BPDPKS akan menjadi motor penggerak Koperasi Sawit, 1.400 Alumni D1 Sawit sangat siap untuk menjadikan Petani Sawit garda terdepan,” ujar Djono yang merupakan anak muda Petani Milenial.