JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Keberadaan Gunung Ciremai begitu penting bagi masyarakat Ciayumajakuning (Cirebon, Indramayu, Majalengka, Kuningan). Selain Air yang dimanfaatkan untuk pertanian, biodiversitas di Kawasan Gunung Ciremai turut memegang peran atas kekayaan flora fauna di Kawasan Gunung Ciremai. Apalagi kawasan hutan lindung pada Kelompok Hutan Gunung Ciremai telah menjadi Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.424/Menhut-II/2004 (10 Oktober 2004).
Mengingat kawasan ini masih memiliki ekosistem yang relatif masih utuh dengan berbagai tipe hutan dan adanya berbagai jenis hayati langka. Hampir seluruh kawasan konservasi TNGC berada pada kawasan lindung sehingga kawasan itu memiliki fungsi ganda sebagai kawasan lindung dan kawasan konservasi.
Pentingnya ketersediaan data flora fauna yang mutakhir dalam konteks konservasi dan pengelolaan ekosistem Gunung Ciremai, perlu ditindaklanjuti dengan melakukan kerja sama dengan berbagai pihak. Untuk itu Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi (PRBE) Organisasi Riset Hayati dan Lingkungan (ORHL) menggandeng Fakultas Kehutanan Universitas Kuningan (UNIKU) melalui Kesepakatan Studi Bersama Biodiversitas Flora Fauna di Kawasan Gunung Ciremai.
Hal ini ditandai dengan penandatanganan kerja sama (PKS) oleh Kepala PRBE BRIN Bayu Adjie yang diwakili oleh Haryono dari Tim Peneliti BRIN dengan Dekan Fakultas Kehutanan, Yayan Hendrayana didampingi Rektor UNIKU, Dikdik Harjadi di Gedung Rektorat UNIKU, Cijoho, Kabupaten Kuningan, pada Selasa (03/10).
Kepala PRBE BRIN Bayu Adjie dalam kesempatan ini diwakili oleh Peneliti Ahli Utama PRBE BRIN Haryono menyampaikan bahwa BRIN menyambut gembira kerja sama dengan Fakultas Kehutanan UNIKU. “Sudah tepat BRIN berkolaborasi dengan UNIKU sebagai inisiator TNGC,” pesannya.
“Tujuan PKS ini adalah mengungkap flora fauna secara holistik di Kawasan Gunung Ciremai, optimalisasi dan pemutakhiran (updating) biodiversitas flora fauna di Kawasan Gunung Ciremai, mempersiapkan strategi pengelolaan dan pemanfaatan biodiversitas flora fauna di Kawasan Gunung Ciremai,” rinci Haryono.

Haryono menjelaskan sebagian tim yang terlibat dalam studi biodiversitas flora fauna Kawasan Gunung Ciremai saat ini adalah tim yang sama pada saat penelitian tahun 2006-2007 yang dilakukan oleh Pusat Penelitan Biologi LIPI. Hasil inventarisasi keanekaragaman berbagai flora fauna terdapat 37 jenis mamalia, 122 jenis burung, 53 jenis amphibia-reptilia, 20 jenis ikan, 49 jenis moluska, serangga terdiri atas 65 jenis kupu-kupu Lepidoptera dan 66 jenis kumbang Coleoptera, dan 118 jenis tumbuhan berbentuk pohon.
Tak hanya itu, Haryono menceritakan hasil inventarisasi taksa mamalia di TNGC antara lain menjumpai macan tutul (Panthera pardus), kucing kuwuk (Prionailurus bengalensis), kijang (Muntiacus muntjak), lutung budeng (Trachypithecus auratus), surili (Presbytis comata), kukang (Nycticebus coucang), trenggiling (Manis javanica), teledu/sigung (Mydaus javanensis), landak (Hystrix javanica), tando/ kubung (Cynocephalus variegatus), tando totol (Petaurista elegans).
‘’Sedangkan dari taksa burung antara lain dijumpai elang jawa (Spizaetus bartelsi), elang ular bido (Spilornis cheela), alap-alap (Accipiter virgatus), Otus angelinae dan puyuh gonggong (Arborophila javanica) yang tergolong langka dan dilindungi perundang-undangan,’’ tutur Haryono
Selain itu Haryono menambahkan di kawasan Gunung Ciremai juga terdapat berbagai jenis flora fauna yang termasuk langka tetapi belum dilindungi perundang-undangan, antara lain burung paruh kodok jawa (Batrachostomus javensis). Di berbagai tempat di lereng Gunung Ciremai pun terdapat pula kolam keramat yang dihuni oleh ikan Tor soro.
Lebih lanjut Haryono mengungkapkan, mengingat inventarisasi baru dilakukan pada area yang terbatas yaitu di sekitar jalur pendakian Apuy dan Linggajati. Diperkirakan masih banyak jenis flora fauna yang belum terdata, termasuk burung migran dari belahan bumi utara, belahan bumi selatan ataupun dari daerah Assam di India.
“Berbagai jenis flora fauna yang sebelumnya tercatat juga memerlukan pemutakhiran data sehingga dapat memberikan gambaran kondisi ekosistem di kawasan Gunung Ciremai terkini, termasuk juga menjadi bagian dari evaluasi penetapan sebagian kawasan Gunung Ciremai sebagai kawasan konservasi TNGC,” ujar Haryono
Rektor UNIKU, Dikdik Harjadi Dalam sambutannya, mengatakan, UNIKU memiliki komitmen dan terus mendorong setiap fakultas di UNIKU menjalin kemitraan mengembangkan penelitian, salah satunya di Program Ilmu Kehutanan dan Program Ilmu Lingkungan yang jarang dimiliki universitas di Jawa Barat. Saat ini, nomenklatur baru untuk dua program tadi menjadi Fakultas Kehutanan (Fahutan).
“Patut disyukuri atas peran serta Fahutan UNIKU dalam menginisiasi TNGC yang menjadi kontribusi kampus untuk masyarakat. Semoga muncul gagasan dan temuan-temuan baru dengan bekerjasama dengan BRIN,” ungkap Dikdik.
Dirinya menekankan bidang penelitian tak hanya mengandalkan penelitian di dalam saja tapi juga dengan kerja sama pihak-pihak luar lainnya dengan bermitra dan berkolaborasi memperluas bidang riset dan publikasi yang akan memberi nilai lebih bagi kampus.
“Semoga kerja sama lancar dan manfaat bagi kedua pihak dan memperkaya keilmuan (kehutanan dan lingkungan). Semoga ini bukan yang terakhir tapi akan ada kerja sama lainnya bidang penelitian. Tak hanya dokumentasi kerja sama tapi implementasinya yang terpenting. Tak hanya seremonial, realisasi lebih penting,” harap Dikdik.
Sementara itu Dekan Fahutan UNIKU Yayan Hendrayana mengharapkan PKS berjalan dengan baik dan menghasilkan hal-hal positif bagi Fahutan, UNIKU, BRIN, dan masyarakat. “Dalam jangka pendek, kerja sama ini akan diimplementasikan riset bersama dan mudah-mudahan segera terealisasi,” tuturnya.
Senada dengan Yayan, Heryanto selaku Koordinator Penelitian dari PRBE BRIN, megharapkan agar penelitian dapat berjalan dengan bagus bersama-sama tim UNIKU. “Semoga bermanfaat kepada BRIN, UNIKU, Dosen, Mahasiswa, dan pihak-pihak lain, terutama masyarakat sekitar sehingga mereka dapat meningkatkan flora dan fauna di TNGC,” pungkasnya.
Sumber: brin.go.id