Musim Mas dan International Finance Corporation (IFC) bekerja sama untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan petani dalam praktik sawit berkelanjutan. Sejak tahun 2015 sampai sekarang, sudah lebih dari 32.000 petani swadaya yang mengikuti program ini.
Praktik kelapa sawit berkelanjutan telah menjadi norma bagi industri sawit global. Musim Mas termasuk kelompok usaha sawit yang berkomitmen tinggi terhadap standar minyak sawit berkelanjutan. Bagi perusahaan, penerapan standar sawit berkelanjutan merupakan nyawa penggerak kegiatan operasional di kebun dan lini bisnisnya. Semenjak beberapa tahun terakhir, petani telah menjadi perhatian utama rantai pasok minyak sawit berkelanjutan.
Sejak 2015, Musim Mas dan International Finance Corporation (IFC), salah satu anggota Bank Dunia, bekerja sama mengembangkan program pelatihan untuk petani swadaya. Program ini bernama Musim Mas-IFC Indonesian Palm Oil Development for Smallholders (IPODS).
Mengapa program ini menargetkan petani swadaya? Petani swadaya berperan penting dalam rantai pasok kelapa sawit. Apalagi, petani menjadi pemasok Tandan Buah Segar (TBS) ke pabrik Musim Mas dan mitranya. General Manager of Programmes and Projects of Musim Mas Robert Nicholls menjelaskan bahwa program ini berjalan secara bertahap di 4 pabrik kelapa sawit Musim Mas yang tersebar di empat wilayah yaitu Rantauprapat (Sumatera Utara) dan Riau (Pelalawan, Rokan Hilir, dan Rokan Hulu). “Tujuan utama program ini adalah melatih petani swadaya. Karena selama ini petani yang menyuplai buah sawit ke sejumlah pabrik,” ujarnya.
Program Musim Mas-IFC menggandeng semua petani swadaya. Syaratnya, petani yang mengikuti program bukan petani eks KKPA (Kredit Koperasi Primer untuk Anggota) dan tidak terikat skema apapun – istilahnya petani swadaya murni. Petani yang mengikuti program ini juga tidak terikat dengan perusahaan artinya mereka bebas menentukan kepada siapa mereka mau menjual Tandan Buah Segar (TBS).
Kemudian Robert menjelaskan program ini diperluas kepada petani swadaya di pabrik lain dan pemasok kami. Jangkauan program ini diperluas kepada petani swadaya lainnya sehingga dapat mempererat keterlibatan petani-petani yang masuk ke dalam rantai pasoknya.
Salah satu strateginya adalah membuat pendekatan Smallholders Hub kepada petani di desa prioritas. Pendekatan ini melibatkan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) di tingkat pemerintah daerah supaya mampu melatih petani lain.
(Ulasan selengkapnya dapat dibaca di Majalah SAWIT INDONESIA Edisi 15 Oktober-15 November 2020)