Malaysian Palm Oil Board (MPOB) menemukan teknologi baru pengolahan limbah cair di pabrik sawit. Memanfaatkan cangkang inti sawit melalui sistem karbonisasi.
Pengelolaan limbah cair pabrik sawit membutuhkan treatment khusus supaya tidak membuat persoalan dari aspek lingkungan dan sosial. Seringkali terjadi, keluhan masyarakat terhadap limbah cair sawit atau Palm Oil Mill Effluent (POME) karena menimbulkan bau tidak sedap dan pencemaran air sungai.
Sudah banyak teknologi pengolahan POME untuk mengikuti standar sawit berkelanjutan. Teknologi pengelolaan POME umumnya dengan menggunakan teknologi kolam terbuka yang terdiri dari kolam anaerobik, fakultatif dan aerobik dengan total waktu retensi sekitar 90-120 hari.
Saat ini pengelolaan POME dengan hanya menggunakan kolam terbuka mulai dianggap kurang efisien dan kurang ramah lingkungan. Para pemilik atau pengelolan PKS sudah mulai merubah dengan memodifikasi kolam yang ada dengan teknologi pengelolaan lainnya. Ada beberapa teknologi pengolahan POME yang barusaat ini, diantara teknologi yang baruitu adalah membran dan terakhir terdengar dengan elektro koagulasi.
Di Malaysia, Malaysian Palm Oil Board (MPOB) telah mengembangkan teknologi untuk menangani POME sehingga tidak akan berkontribusi pada bahaya kesehatan manusia dan pencemaran lingkungan. Ini juga telah berhasil mengembangkan berbagai teknologi untuk kegiatan midstream seperti otomatisasi pabrik, sterilisasi berkelanjutan, pemanfaatan biomassa dan pengolahan limbah.
Pada “Seminar dan Pameran Transfer Teknologi MPOB 2021”, MPOB memperkenalkan pengembangan karbon aktif cangkang sawit (Palm Kernel Shell Activated Carbon) untuk pengolahan air limbah, sebuah teknologi untuk mengolah POME (Palm Oil Mill Effluent).
Inovasi ini ini menggunakan cangkang inti sawit dari biomassa kelapa sawit. Dr Nahrul Hayawin Zainal memimpin penelitian MPOB ini semenjak 2019 dan selesai tahun ini.Inovasi ini merupakan integrasi aerasi diperpanjang dengan karbon aktif biofiltrasi untuk adsorpsi polutan dan warna dalam POME, atau dikenal sebagai perlakuan tersier.
Biomassa cangkang kelapa sawit digunakan sebagai bahan baku untuk produksi karbon aktif karena kepadatannya yang tinggi, karbon yang tinggi, dan kadar abu yang rendah. “Karena banyak diproduksi di pabrik kelapa sawit, biaya produksi teknologi ini akan minimal jika pabrik memproduksinya. Prototipe teknologi ini sudah teruji dan terbukti efektif,” katanya.
Selain itu, biomassa cangkang kelapa sawit dengan kepadatan tinggi, karbon tinggi dan kadar abu rendah menunjukkan karakteristik yang cocok untuk digunakan sebagai bahan baku untuk produksi karbon aktif.
Karena diproduksi secara melimpah di pabrik kelapa sawit, biaya produksi teknologi ini akan minimal. Prototipe telah diuji dan terbukti efektif. Dalam melengkapi teknologi ini, MPOB juga telah mengembangkan sistem aktivasi karbonisasi dua-dalam-satu untuk menghasilkan karbon aktif dengan satu sistem berkelanjutan.
Desain ini membuat pengumpanan substrat dan pengunggahan karbon aktif dari reaktor lebih mudah dari pada reaktor konvensional.
Proses ini juga dapat mengurangi biaya produksi, energi dan waktu tanpa mengurangi hasil dan kualitas karbon aktif yang dihasilkan, sementara pada saat yang sama menghilangkan bahan kimia.
Sistem aktivasi karbonisasi ini dapat diadopsi oleh para pelaku industri besar kelapa sawit dan instansi pemerintah serta memberikan peluang usaha terkait kepada para pengusaha kecil dan menengah.
Teknologi pengolahan POME juga menggunakan teknik hijau untuk pengolahan akhir pembuangan, dimana produksi karbon aktif cangkang kelapa sawit menggunakan metode aktivasi fisik, metode pengolahan biologis yang menggunakan mikroba yang efektif dalam proses lumpur aktif dan adsorpsi kimia fisik pada bahan aktif.
Selain itu, pembuangan akhir POME yang diolah dapat digunakan sebagai air daur ulang untuk backwash penyaringan pasir, dan karbon aktif dan karbon aktif bekas dapat diaktifkan kembali atau digunakan sebagai pupuk organik untuk tanaman. Karena mengandung nutrisi bermanfaat seperti nitrogen, fosfor, dan kalium.
(Selengkapnya dapat dibaca di Maja;ah Sawit Indonesia, Edisi 118)