Sehingga konsumsi minyak sawit sessungguhnya dapat mengurangi/mencegah berbagai pernyakit yang terkait dengan kadar dan kualitas kolesterol darah seperti pernyakit kardiovaskuler/atherosclesrosis. Perbaikan kolesterol darah tersebut, terkait dengan kandungan minyak sawit yang mengandung komposisi asam lemak yang seimbang, mengandung asam lemak esensial, mengandung senyawa aktif/antioksidan dan proses pembuatan minyak goreng tidak mengalami hidrogenisasi. Minyak sawit sering dikaitkan pula dengan lemak dan kegemukan (obesitas) serta diabetes.
Dalam beberapa tahun terakhir memang berkembang pandangan bahwa konsumsi minyak nabati dapat menyebabkan obesitas sehingga berpotensi menimbulkan diabetes. Penelitian tentang pengaruh konsumsi minyak sawit terhadap diabetes sampai saat ini belum banyak dilakukan para ahli gizi dan kesehatan, kareana jarang ditemukan kasus tentang hal tersebut. Beberapa peneliti yang ada menunjukan bahwa konsumsi minyak sawit tidak jarang menimbulkan diabetes bahkan cenderung menurunkan kasusu diabetes.
Sundram, et, al,. 2007; Peairs, et,al,. 2011; dan Filippou, et, al,. 2014, menemukan bahwa konsumsi minyak sawit tidak mempengaruhi laju sekresi insulin maupun kadar glukosa darah. Bahkan Bovet, et, al,. 2009, mengungkapkan bahwa penurunan konsumsi minyak sawit justru meningkatkan kasus diabetes. Hal yang menarik konsumsi minyak kedelai hidrogenisasi penuh (fully hyrogenated soybean oil) maupun hidrogenisasi parsial (partially hydrogenated soybean oil) justru menghambat sekresi insulin, meningkatkan kadar glukosa darah dan menurunkan HDL kolesterol (Sundram et, al,. 2007). Dengan kata lain konsumsi minyak sawit sebagai bahan makanan tidak mempengaruhi sekresi insulin maupun diabetes. Sebaliknya konsumsi minyak kedelai yang mengalami hidrogenisasi justru menghambat sekresi insulin sehingga berpotensi meningkatkan kasus diabetes.
Sumber: GAPKI