Minyak sawit tidak mengandung kolestrol, mengandung proporsi asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh yang seimbang, mengandung tiga asam lemak esensial (oleat, linoleat, linolenat), bersifat semi solid dengan titik leleh berkisar 330 C – 390 C dan tidak mengandung asam lemak trans. Konsumsi miyak sawit sebagai bahan pangan memperbaiki kolestrol tubuh yakni meningkatkan kolestrol baik (HDL), menurunkan kolestrol jahat (LDL) dan triliserida serta mengurangi deposisi lemak tubuh.
Konsumsi minyak sawit juga tidak mempengaruhi laju sekresi insulin maupun kadar glukosa darah sehingga tidak mengakibatkan diabetes. Konsumsi minyak nabati yang mengandung asam lemak trans seperti minyak kedelai, hidrogenisasi/parsial justru menurunkan kolestrol baik/HDL, menghambat sekresi insulin, meningkatkan kadar glukosa darah dan meningkatkan kasus diabetes.
Sampai saat ini sekitar 80 persen dari minyka sawit di konsumsi sebagai bahan makanan (oleofood) sebagai minyak goreng, mentega, specialty fat, shorthening dan lain-lain. Oleh karena itu, selain atribut tradisional seperti harga minyak sawit, evaluasi konsumen untuk mengkonsumsi minysk sawit juga memperhatikan atribut gizi dan kesehatan dari minyak sawit. Atribut gizi dan kesehatan ini pula yang sering digunakan kampanye negatif dalam persaingan bisnis minyak sawit global.
Sumber: GAPKI