110 Tahun kelapa sawit di Indonesia telah menghasilkan beragam inovasi dan pencapaian. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Sumatera Utara dan Universitas Sumatera Utara membuat miniaturnya bernama Etalase Sawit.
“Pembangunan etalase sawit ini bagian dari kampanye positif sawit kepada dunia. Kami bersama GAPKI Sumut ingin menjadi bagian untuk meng-counter isu negatif terhadap sawit,” ujar Rektor Universitas Sumatera Utara (USU Dr Muryanto Amin, SSos, MSi seusai penandatangan Memorandum Of Aggrement (MOA) di kantor Rektorat USU, Medan, Sumatera Utara, pada 14 Januari 2022.
Penandatanganan MOA ini dilakukan oleh Rektor USU Dr Muryanto Amin dan Ketua GAPKI Sumut Alexander Maha yang dihadiri oleh Kacuk Sumarto (Wakil Ketua Umum GAPKI), Timbas Ginting (Sekretaris GAPKI Sumut), Mustafa Daulay, Hasril Siregar, dan H. Mino Lesmana.
Muryanto Amin menjelaskan bahwa pembangunan etalase sawit akan dilaksanakan secara bertahap, namun diharapkan sebelum tutup tahun 2022 ini. Pembangunan etalase sawit menggunakan lahan milik USU. Sementara itu, GAPKI Sumatera Utara yang akan melakukan pembangunan. Terkait pengelolaan akan dilakukan oleh kedua belah pihak.
USU menyediakan lahan seluas 40 hektare untuk etalase kelapa sawit dan 50 hektare untuk lokasi arboretum yang berlokasi di Kwala Bekala, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.
“Kami siapkan tanah. Sementara itu, GAPKI dan sejumlah pihak pendukung yang juga akan membangun,” kata Muryanto.
Ketua GAPKI Sumut, Alexander Maha menuturkan bahwa Memorandum kesepakatan Gapki-USU sebagai dasar pelaksanaan kerja sama dalam bidang penelitian dan pengembangan, pendidikan dan pelatihan serta promosi komoditas sawit melalui etalase sawit ini.
“Gapki Sumatera Utara sebagai asosiasi kelapa sawit, dalam mewujudkan IOPETS tersebut bekerja sama dengan banyak pihak, salah satu diantaranya adalah dengan Universitas Sumatera Utara (USU),” ujar Alexander Maha.
Penandatanganan Memorandum Of Aggrement (MOA) sebagai tindak lanjut dari Memorandum Of Understanding (MOU) yang telah ditandatangani pada tanggal 25 Juli 2019. MOA ini sebagai dasar pelaksanaan kerja sama dalam bidang penelitian dan pengembangan, pendidikan dan pelatihan serta promosi yang kesemuanya berdasarkan komoditi sawit.
Kacuk Sumarto, Wakil Ketua GAPKI, menuturkan Sumatera Utara harus memiliki sesuatu yang ‘monumental’, yang menggambarkan keseluruhan proses bisnis pada industri kelapa sawit, sejak dari penyediaan benih (kecambah), pembibitan, perkebunan, pengolahan sampai dengan industri turunannya. Gambaran proses bisnis ini juga perlu didukung adanya sarana dan prasarana pendukung untuk industri kelapa sawit yang berupa fasilitas riset, pengembangan, pendidikan, pelatihan dan bahkan kegiatan olah raga dan tourism yang memanfaatkan sarana dan prasarana pendukung industri kelapa sawit tersebut.
Semuanya dikemas dalam satu sistem kerja yang disebut dengan IOPETS, kependekan dari Integrated Oil Palm Edu Tourism and Sport. Sehingga untuk mendapatkan gambaran secara lengkap mengenai semua kegiatan dalam industri kelapa sawit termasuk, baik skala industri besar maupun skala petani kecil, dan bahkan olah raga dan wisata berbasis sawit.
Gambaran proses bisnis ini juga perlu didukung adanya sarana dan prasarana pendukung untuk industri kelapa sawit yang berupa fasilitas riset, pengembangan, pendidikan, pelatihan dan bahkan kegiatan olah raga dan tourism yang memanfaatkan sarana dan prasarana pendukung industri kelapa sawit tersebut.
(Selengkapnya dapat dibaca di Majalah Sawit Indonesia, Edisi 123)