Menteri Perdagangan negara-negara anggota G20 berkomitmen untuk berkontribusi dalam pemulihan ekonomi dari pandemi Covid-19. Komitmen ini dituangkan dalam pernyataan bersama para menteri sebagai hasil pertemuan ‘G20 Trade and Investment Ministers’ Meeting (TIMM), Selasa (12/10) di Sorrento, Italia. Menteri Perdagangan RI Muhammad Lutfi memimpin Delegasi Indonesia dalam pertemuan tersebut.
Mendag Lutfi menyampaikan, pertemuan G20 TIMM kali ini juga menjadi kesempatan bagi
Indonesia untuk mengajak dunia pulih dan bangkit bersama dari pandemi Covid-19. Semangat ini
menjadi misi Indonesia pada Presidensi G20 tahun 2022 dengan tema utama “Recover Together,
Recover Stronger”.
“Krisis pandemi telah memberi kita pelajaran penting bahwa di bawah Presidensi Italia, para
Menteri Perdagangan negara G20 mampu hadir dan sepakat untuk mengembalikan perdagangan
sebagai mesin penggerak pemulihan ekonomi. Indonesia siap memikul tanggung jawab sebagai
Presidensi G20 tahun 2022 serta melanjutkan kerja dan memastikan agar kita dapat pulih
bersama dan pulih dengan kuat pada tahun depan,” kata Mendag Lutfi.
Membuka pertemuan G20 TIMM, tuan rumah yaitu Menteri Luar Negeri dan Kerja Sama
Internasional Italia, Luigi Di Matteo, menggarisbawahi narasi bahwa tantangan pemulihan
pertumbuhan ekonomi global akibat pandemi memerlukan aksi konkret dari seluruh anggota G20
di segala lini, termasuk kebijakan perdagangan dan investasi. Perdagangan merupakan salah satu
penopang utama pertumbuhan ekonomi dan pembangunan yang inklusif.
Italia sebagai ketua G20 tahun 2021 memprioritaskan aksi kolektif di bidang perdagangan dan
investasi yang dıdasarkan pada tiga pilar 3P atau “People, Planet, and Prosperity” sebagai tema
besar Presidensi G20 tahun 2021, dengan fokus pembahasan pada isu pemulihan ekonomi yang
kuat, inklusif, dan berkelanjutan.
Untuk mendukung agenda 3P tersebut, G20 TIMM membahas beberapa topik terkait kebijakan
perdagangan dan investasi, yaitu perdagangan dan kesehatan; perdagangan dan kelestarian
lingkungan; partisipasi UMKM dalam perdagangan dunia; perdagangan jasa dan investasi;
dukungan pemerintah khususnya di sektor industri; dan reformasi WTO. Pembahasan difokuskan
untuk menyepakati Ministerial Statement yang nantinya akan menjadi bagian dari komitmen G20
Rome Leaders’ Declaration.
Presidensi G20 Italia juga mengangkat permasalahan isu government support yang telah
berkontribusi pada distorsi perdagangan global dengan penekanan pada beberapa sektor vital
yang dipandang telah mendistorsi perdagangan global.
Pertemuan G20 TIMM ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan G20 menuju Pertemuan
Puncak pada 30–31 Oktober 2021 mendatang di Roma, Italia.
Dukungan Bagi UMKM dan Sistem Perdagangan Multilateral yang Adil
Dalam pertemuan G20 TIMM ini, Mendag Lutfi juga mengutarakan bahwa upaya meningkatkan
daya saing usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) terutama di era digital seperti saat ini
sangat membutuhkan dukungan secara global. Dukungan global ini penting untuk menciptakan
persaingan yang adil. Mendag Lutfi juga mengungkapkan, sistem perdagangan internasional saat
ini harus bersifat kolaboratif untuk menjamin kesejahteraan UMKM.
“Digitalisasi UMKM sangat bergantung pada inovasi dan teknologi yang umumnya tidak dimiliki
negara berkembang seperti Indonesia. Tanpa adanya regulasi yang mumpuni di tingkat
internasional, persaingan UMKM di era digital hanya menghasilkan ‘pemenang-pemenang’ yang
justru mematikan usaha dan industri kecil nasional lainnya,” kata Mendag Lutfi dalam pertemuan.
Salah satu isu yang dibahas dalam pertemuan G20 TIMM adalah tantangan yang dihadapi UMKM
dalam mempenetrasi pasar global. UMKM kini semakin dituntut untuk beradaptasi memanfaatkan
teknologi digital dan berkontribusi terhadap lingkungan dan pembangunan berkelanjutan.
Selain berbicara tentang dukungan kepada UMKM, Mendag Lutfi juga menyampaikan tentang
sistem perdagangan multilateral yang berkeadilan. Mendag Lutfi secara tegas mengatakan, G20
memiliki kesempatan untuk menyerukan ketimpangan perdagangan internasional. Kapasitas yang
pincang antara kemampuan negara berkembang dan negara maju dalam memberikan dukungan di
sektor pertanian dan perikanan menghasilkan persaingan yang tidak sehat. Menurut Mendag Lutfi,
G20 memiliki memiliki peran kunci untuk memberikan dorongan politis agar Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) dapat memberi ruang kebijakan bagi negara berkembang.
“Momentum reformasi WTO merupakan peluang, khususnya bagi negara berkembang, untuk
menyuarakan permasalahan ketimpangan sistem perdagangan multilateral yang telah
berlangsung lama. Reformasi WTO sepatutnya mengedepankan aspek pembangunan sebagai
bagian yang tidak terpisahkan dari sejumlah perjanjian WTO,” tegas Mendag Lutfi.
Sejumlah Pertemuan Bilateral
Di sela-sela pertemuan G20 TIMM, Mendag Lutfi bertemu secara bilateral dengan sejumlah
perwakilan negara mitra. Dalam pertemuan-pertemuan tersebut, Mendag Lutfi membahas
persiapan Presidensi G20 Indonesia tahun 2022, Konferensi Tingkat Menteri (KTM) WTO ke-12,
dan penguatan kerja sama perdagangan bilateral.
Sebelum G20 TIMM dimulai, Mendag Lutfi bertemu dengan Menteri Perdagangan Turki Mehmet
Mus untuk mengintensifkan kerja sama perdagangan bilateral Indonesia-Turki. Mendag Lutfi
menyampaikan kepada pihak Turki untuk kembali ke meja negosiasi CEPA dengan bersikap
pragmatis dengan isu-isu dan bentuk perundingan yang diinginkan. Menteri Mehmet mengundang
Mendag Lutfi ke Ankara untuk membahas target peningkatan perdagangan kedua negara dan
menyusun langkah-langkah yang diperlukan. Mendag Lutfi mengutarakan beberapa area kerja
sama dapat dilakukan Indonesia dan Turki untuk meningkatkan kerja sama perdagangan seperti
industri pertahanan dan industri halal.
Berikutnya, Mendag Lutfi melakukan pertemuan bilateral dengan Presiden sekaligus Kepala
Departemen Ekonomi, Pendidikan, dan Riset Swiss Guy Parmelin. Presiden Parmelin
menyampaikan dukungan seremoni implementasi Indonesia-EFTA CEPA yang akan dilakukan pada
1 November 2021. Presiden Parmelin juga berencana melakukan kunjungan kerja bersama
delegasi bisnis Swiss pada Februari atau Maret 2022 sekaligus menyambut diselesaikannya
perundingan Indonesia-Swiss Bilateral Investment Treaty (BIT). Swiss juga menyampaikan
dukungan terhadap Indonesia dalam menyambut Presidensi G20 tahun 2022, dan berharap agar
Swiss dapat melanjutkan partisipasinya di G20. Mendag Lutfi menyambut baik kerja sama dengan
Swiss dan mengharapkan peningkatan hubungan perdagangan dan investasi kedua negara.
Selanjutnya, Mendag Lutfi bertemu dengan Menteri Perdagangan Luar Negeri dan Kerja Sama
Pembangunan Belanda Tom de Bruijn. Meski bukan anggota G20, Menteri Tom mengutarakan
keinginan untuk tetap dapat berpartisipasi pada pertemuan G20 di masa Presidensi Indonesia
tahun 2022. Kedua belah pihak juga membahas persiapan perundingan KTM WTO ke-12
mendatang. Menanggapi isu terkait semakin berkembangnya kebijakan perdagangan yang
berkaitan erat dengan isu kesehatan, lingkungan, dan pekerja, Indonesia menyampaikan
kepentingan untuk selalu mengedepankan aspek-aspek pembangunan dan kolaborasi.
Selain itu, Mendag Lutfi juga bertemu antara lain dengan Menteri Perdagangan Arab Saudi Majid
Abdullah Alkasabi, Menteri Negara Bidang Perdagangan Internasional Inggris Anne-Marie
Trevelyan, Menteri Perdagangan dan Industri India Piyush Goyal, dan Menteri Perdagangan dan
Industri Afrika Selatan Ebrahim Patel.
Sumber: kemendag.go.id