
JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Pemerintah mendukung penggunaan sawit sebagai Bio Parrafin Substitute (Bio-PAS) sebagai formulasi malam (lilin) batik. Penggunaan Bio Paraffin Substitute dari sawit akan meningkatkan tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) industri batik dan mengurangi impor paraffin.
“Kami mendukung penggunaan malam batik berbasis sawit yang akan berkontribusi besar bagi Indonesia di masa depan. Kemenparekraf mendukung upaya pelestarian batik dan inovasi menggabungkan sawit kepada warisan batik,” ujar Sandiaga Uno, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI, dalam pembukaan Webinar Kemitraan UKM Batik Sawit : Kontribusi Sawit dalam Mendukung Industri Kreatif Batik Indonesia”, Kamis (8 April 2021).
Ia mendukung penggunaan sawit sebagai bio parafin untuk dijadikan malam batik. Produksi batik selama ini menggunakan malam (lilin) dari formulasi paraffin. Seperti diketahui, paraffin ini dari penyulingan minyak bumi di mana cadangannya akan menipis. Sebagian besar paraffin ini masih diimpor.
Menurutnya, batik adalah refleksi bagian budaya Indonesia untuk menjadi penggerak dan pemacu perekonomian.
“Bicara bangga buatan Indonesia harusnya tinggi TKDN. Tapi, kalau malam batik masih diimpor parafinnya. Kurang keren juga. Hari ini sangatlah tepat diluncurkan paraffin substitute sawit dari energi terbarukan dan bersumber daya lokal,” ujar pria kelahiran Rumbai, 28 Juni 1969.
Di Indonesia, ada 101 sentra batik dan 47 ribu unit usaha. Industri batik juga menyerap 200 ribu pekerja. Potensi industri batik mencapai Rp 1 triliun pada 2019.
“Harapan kami bio paraffin substitute dapat dikembangkan. Dan saya yakin dari sawit dapat menjaga (pasokanya). Kami dukung dan akan sosialisasikan bio paraffin substitute dari sawit sebagai bagian tidak terpisahkan industri kreatif batik,” harap Sandiaga Uno.
Ia mengharapkan malam batik sawit dapat semakin berkontribusi besar bagi industri batik ke depannya. “Saya apresiasi workshop malam batik sawit pada hari ini dan berharap sawit semakin berkontribusi besar,” jelasnya.
Hadir dalam workshop ini antara lain Hammam Riza, Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Eddy Abdurrachman (Direktur Utama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), Doddy Rahadi, Kepala Badan Standarisasi dan Kebijakan Jasa Industri, dan Soni Solistia Wirawan, Deputi Kepala BPPT bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi.
Eddy Abdurrachman mengatakan BPDPKS sangat mendukung workshop ini dalam mewujudkan kemitraan dengan Usaha Kecil Menengah dan Koperasi berbasis Sawit dalam rangka mencapai Visi BPDPKS yaitu “Menjadi badan pengelola dana yang terpercaya dalam pengembangan sawit berkelanjutan sebagai komoditas strategis nasional untuk kesejahteraan rakyat Indonesia,” dalam melakukan promosi perkebunan kelapa sawit.
Kegiatan promosi ini sejalan dengan Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2015 juncto Peraturan Presiden Nomor 66 Tahun 2018, guna meningkatkan nilai tambah produk Kelapa Sawit yang merupakan komoditas andalan bagi Perekonomian Nasional.
Menurutnya, formulasi malam batik dengan menggunakan produk turunan sawit (Bio Parrafin Substitute) semakin menambah manfaat sawit yang selama ini telah mewarnai kehidupan sehari-hari masyarakat kita di atas..
“Harapan kami dengan malam batik berbasis sawit ini akan semakin meningkatkan permintaan dalam negeri terhadap produk turunan sawit untuk industri kreatif batik,” ujarnya.
Hammam Riza, Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menjelaskan bahwa Bio-PAS merupakan upaya BPPT dalam rangka meningkatkan penyerapan minyak sawit untuk penyediaan bahan baku yang bersumber dari produk terbarukan industri batik.