Peran stakeholder diperlukan untuk menjawab tantangan keberlangsungan rantai pasokan pangan dunia terutama di wilayah regional
Setidaknya ada enam tren yang diungkap dalam penelitian yang dilakukan Economicst Intelligence Unit (EIU) berpengaruh pada kelangsungan rantai pasokan pangan. Di antaranya, Urbanisasi, Penyediaan infrastruktur yang memadai, kelangkaan sumber daya pangan, integrasi rantai pasokan, ritel modern, serta tangan konsumen (food loss) dan sampah makanan (food waste).
Selain itu, hasil dari penelitian yang disponsori perusahaan penyedia pangan dunia juga menggambarkan kondisi wilayah regional Asia yang diprediksi menjadi rumah bagi 4,9 miliar orang pada 2030. Di tahun itu akan mengalami peningkatan konsumsi pangan lebih dari dua kali lipat per kapita dalam 12 tahun yang akan datang.
Sementara itu, populasi di Asia yang semakin bertambah dipengaruhi urbanisasi yang semakin meningkat di negara-negara berkembang di Asia. Hal ini yang berkontribusi mengurangi pasokan pangan domestik.
Bahkan di Indonesia, perpindahan orang dari desa ke kota atau dari kota kecil ke kota besar yang lazim disebut urbanisasi diprediksi semakin cepat. Tercatat pada 2010, ada setengah dari total populasi tinggal di kota. Bank Dunia juga memperkirakan sekitar 68% populasi akan bermukim di kota pada 2025 mendatang.
Corporate Affairs Director, Cargill Indonesia, Arief Susanto menuturkan seluruh pemangku kepentingan termasuk sektor swasta memiliki peranan penting dalam menemukan solusi untuk menjawab tantangan rantai pasokan pangan.
“Pihaknya juga bekerja sama dengan para petani, pemerintah, industri, pelanggan dan konsumen untuk membangun masa depan dengan yang berkelanjutan. Melalui berbagai pengalaman yang dipadukan dengan teknologi baru serta wawasan terkini untuk menciptakan masa depan pangan yang aman,” ujar Arief dalam sebuah diskusi pada pertengahan Mei 2019.
Selanjutnya, Arief menambahkan memenuhi kebutuhan industri pangan dan konsumen akan bahan pangan yang berkelanjutan, termasuk meningkatkan penelusuran serta transparansi ranti pasokan global.
Kembali pada enam tren yang mempengaruhi rantai pasokan pangan hasil penelitian EIU. Pertama, Urbanisasi yang akan berdampak pada pola makan masyarakat yang beragam dan membutuhkan sumber daya pangan lebih besar, terutama ketika mengkonsumsi daging. Sementara perekonomian Indonesia semakin jauh bergeser dari ekonomi agraria karena lapangan pekerjaan pedesaan makin tergeser oleh perkotaan.
Kedua, penyediaan infrastruktur yang menadai. Ketersediaan infrastruktur merupakan tantangan bagi rantai pasokan pangan di Indonesia. Hasil studi EIU mencatat, infrastruktur yang kurang memadai menyulitkan distribusi dan penyimpanan stok pangan sehingga memicu biaya lebih besar sekaligus memperbesar jumlah stok pangan yang terbuang sebelum sampai ke tangan konsumen (food loss) maupun sampah makanan (food waste).
Sebagai contoh, di Indonesia terdapat perbedaan harga yang cukup signifikan antara daerah penghasil beras dan daerah yang membutuhkan beras yang diakibatkan kurangnya infrastruktur yang memadai, keamanan distribusi stok pangan dan topografi. Para pakar mencatat bahwa aktivitas perdagangan dan distribusi pangan dari daerah menjadi tidak efisien jika jaringan transportasi dan kapasitas pelabuhan tidak memadai serta ketiadaan fasilitas penyimpanan.
Ketiga, kelangkaan sumber daya pangan. Produksi pasokan pangan dalam negeri akan dipengaruhi terutama oleh kelangkaan sumber daya pangan dan isu keberlanjutan pangan. Hal ini diprediksi menjadi lebih buruk dalam jangka panjang karena perubahan iklim.