Industri sawit dapat memanfaatkan serangga untuk pengendalian hama seperti ulat api. Selain itu, serangga punya peranan dalam rangkaian produksi sawit.
Serangan hama dapat mengganggu produktivitas sawit apabila minim pengendalian maupun dimonitor secara berkala. Saat ini, pengendalian hama tidak lagi bergantung kepada produk kimiawi. Melainkan sudah mengarah kepada metode berbasis non kimiawi dan organik.
Industri sawit di masa depan perlu mengoptimalkan ilmu tentang serangga atau entomologi. Kendati, sekarang ini masih sedikit penelitian di bidang entomologi terutama berkaitan pengendalian hama. Ketua Perhimpunan Entomologi Indonesia, Prof Dr. Damayanti Buchori, menjelaskan pengembangan riset entomologi untuk sawit sangatlah penting untuk dijalankan lebih lanjut. Serangga dapat memberikan manfaat untuk menjadi pengendali hama alami. Yang menjadi kendala adalah sangat sedikit ahli serangga di Indonesia yang mumpuni dan masih sedikit menekuni sawit.
“Ke depan, keterlibatan ahli serangga sangatlah dibutuhkan untuk menghasilkan temuan baru. Inovasi ini dapat diaplikasikan untuk pengendalian hama ramah lingkungan,” katanya dalam Seminar Nasional Perhimpunan Entomologi Indonesia (PEI) Cabang Palembang 2018 dengan Tema “Serangga untuk Pertanian Berkelanjutan dan Kesehatan Lebih Baik”, pada 12-13 Juli 2018.
Senada dengan Damayanti. Prof. Dr. Ir. Siti Herlinda, M.Si., Pengamat Entomologi, mengakui penelitian mengenai serangga pada industri kelapa sawit saat ini masih sangat sedikit. “Saat ini, Malaysia terdepan dalam penelitian tentang serangga pada kelapa sawit. Kita masih banyak mengggunakan penelitian-penelitian dari Malaysia.”
Menurut Herlinda, pentingnya riset entomologi di bidang sawit untuk mendorong produktivitas sehingga kita memiliki banyak referensi dalam negeri. “Untuk itu, dibutuhkan pengendalian hama sawit perlu pendekatan holistik secara lanskap dengan pengolaan habitat dan relung musuh alami hama tersebut. Sehingga konservasi musuh secara luas efektif mengendalikan hama sawit.”
Damayanti Buchori menambahkan berdasarkan penelitian global, serangga polinator sedang mengalami penurunan populasi global. “Penelitian itu juga mengungkap bahwa penurunan populasi serangga penyerbuk akan berdampak pada pangan, termasuk juga tanaman kelapa sawit,”ujarnya.
Dalam Seminar Nasional Perhimpunan Entomologi Indonesia ini dibuka oleh Wakil Rektor Bidang Akademik. Sambutan-sambutan pada seminar ini diberikan oleh Ketua Pengurus PEI dan Dekan Fakultas Pertanian Unsri.
Laporan kegiatan dilakukan oleh Ketua Pelaksana, Prof. Dr. Ir. Siti Herlinda, M.Si., Ketua PEI Cabang Palembang menyampaikan bahwa seminar diikuti oleh lebih dari 250 orang pemakalah penunjang, peserta, dan undangan. Seminar Nasional PEI Cabang Palembang ini diikuti oleh kalangan dosen, peneliti, praktisi dan pemerhati bidang entomologi yang berasal dari 21 provinsi di Indonesia mulai dari Ujung Barat Banda Aceh, Daerah Istimewa Yogyakarta, DKI Jakarta, Jambi, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Nusa Tenggara Barat, Kepulauan Bangka Belitung, Riau, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Maluku, Lampung, dan ujung timur Papua Barat dan tim entomologi dari negera tetangga (Malaysia). Sebagai upaya penghargaan PEI Cabang Palembang terhadap penulis maka pada akhir kegiatan, diberikan penghargaan kepada 12 makalah terbaik dan 15 orang presenter terbaik dan 1 poster terbaik. Acara ditutup oleh Ketua PEI Cabang Palembang.
Serangga pengendali hama
Dr.Bandung Sahari, Vice President of Sustainability PT Astra Agro Lestari Tbk, menjelaskan tantangan yang dihadapi oleh industri agribisnis seperti kelapa sawit salah satunya hama. “Hama mengganggu proses pertumbuhan tanaman sehingga produktivitas kelapa sawit menjadi turun,” tambahnya.
Menurut Bandung, pendapatan masyarakat juga turun yang mengancam kesejahteraan masyarakat. Jika tidak secepatnya ditangani dengan baik dalam jangka panjang akan mengancam keberlanjutan produktivitas minyak sawit dan lingkungan jika pestisida menjadi pilihan utama.
Dalam pandangan Bandung Sahari, penelitian serangga dapat menunjang pengendalian hama ramah lingkungan sangatlah penting. Proses polinasi (penyerbukan) pada kelapa sawit juga bergantung dengan serangga. Tidak efektifnya penyerbukan menyebabkan banyaknya buah partenokarpi (tidak berbiji) dengan kandungan minyak yang rendah.
Di perkebunan sawit, serangga dapat dimanfaatkan untuk pengendalian hama. Pengenđalian hama dilakukan dengan introduksi musuh alami seperti serangga predator Sycanus sp. Ditambahkan Bandung, serangga dapat berperan menjadi parasitoid untuk mengendalikan ulat api dengan menyediakan makanan alaminya yaitu nektar melalui penanaman tanaman berbunga seperti turnera subulata, casia sp, antigonon leptopus.
“Entomologi atau ilmu tentang serangga menjadi signifikan dalam industri kelapa sawit,” kata Bandung Sahari yang hadir dalam Seminar Nasional Perhimpunan Entomologi Indonesia pada 12-13 Juli 2018.