Para pakar memberikan beragam perspektif berkaitan kontribusi parakuat bagi sektor perkebunan termasuk sawit. Dalam pengendalian gulma, parakuat sangat efektif bagi Hari KerjaKerja (HOK) sampai 74%.
Penyebaran gulma menjadi persoalan industri perkebunan termasuk karena tumbuh cepat dan mengurangi produktivitas tanaman. Di Indonesia, Kurang lebih ada 30 ribu spesies gulma yang mengganggu tanaman pertanian. Kerusakan tanaman oleh gulma bertanggung jawab terhadap kehilangan lebih dari 13% produksi pertanian dunia atau sekitar USD75.6 milyar setiap tahun (Oerke et. al., 1994).Hal itu terjadi oleh karena gulma berkompetisi dengan tanaman pokok untuk memperebutkan ruang, nutrisi, air, dan sinar matahari. Permasalahan gulma ini berlaku juga untuk perkebunan kelapa sawit.
Peranan herbisida menjadi penting untuk mengendalikan gulma lebih efektif dan efisien dibandingkan dengan penyiangan manual. Manfaat lainnya adalah herbisida sangat dibutuhkan oleh petani di Indonesia tidak hanya dalam upaya mengatasi pertumbuhan gulma, tetapi juga membantu meningkatkan efisiensi biaya produksi.
Parakuat diklorida (parakuat) merupakan salah satu jenis herbisida kontak yang telah digunakans ecara luas oleh petani di Indonesia. Jenis herbisida ini berspektrum luas yang umumnya diaplikasikan pada tanaman pasca tumbuh. Herbisida parakuat mampu memperbaiki sifat kimia tanah, meningkatkan persentase pengendalian gulma dan menurunkan bobot kering gulma. Pertanian budidaya yang menggunakan parakuat dalamj umlah besar di Indonesia adalah sawit, karet, kakao, padi, dan jagung.
“Dari sisi ekonomi, perdagangan parakuat tercatat masih memberikan penambahan nilai devisa pada perekonomian Indonesia. Teknologi pertanian yang dapat membantu perbaikan dalam menjaga kesehatan petani dan keamanan pangan pun harus terus didorong pengembangannya, agar pertanian yang berkelanjutan dapat diciptakan,” ujar Lolitha Tasik Taparan, Kepala Subdirektorat. Pengawasan Pupuk Dan Pestisida Kementerian Pertanian RI mewakili Ir. Ali Jamil, MP, Ph.D, Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian, saat membuka seminar sehari bertemakan “Economic Contribution and New Safe Application Technique of Paraquat Herbicide in Indonesia” di Bogor pada 23 Mei 2022.
Seminar yang diselenggarakan The International Society for Southeast Asian Agricultural Sciences (ISSAAS) menghadirkan enam pembicara dari perguruan tinggi dan perusahaan swasta. Melalui seminar ini ditampilkan beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengkaji kontribusi parakuat terhadap struktur pendapatan rumah tangga petani dan aktor ekonomi pertanian lainnya, serta memperkenalkan teknologi Closed Loop Knapsack System (CLKS) yang merupakan teknologi baru dalam pengaplikasian pestisida.
Lolitha menuturkan pemerintah menyambut baik munculnya inovasi-inovasi baru bagi pertanian di Indonesia, seperti misalnya alat aplikasi yang didesain untuk melindungi keamanan pengguna, efektif, dan efisien dalam upaya pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) dan peningkatan produktivitas pertanian.
“Herbisida parakuat berkontribusi dalam menggerakkan perekonomian dalam sistem distribusi dan memberikan dampak positif terhadap perekonomian nasional, serta berkorelasi positif terhadap pertumbuhan sektor hulu dan hilirnya,” jelasnya.
Pembicara pertama Dr. Adi Hadianto, Ekonomdari IPB University dalam paparannya mengungkapkan hasil penelitiannya tentang nilai ekonomi parakuat dalam struktur pendapatan rumah tangga petani dan distributor pestisida di Indonesia. Petani responden dalam penelitian ini merupakan petani jagung, kakao, padi pasang surut, padi, dan kelapa sawit yang tersebar di wilayah Sumatera Utara, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan Kalimantan Selatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kontribusi parakuat terhadap pendapatan usaha tani dan pendapatan total rumah tangga petani sawit, kakao, padi dan jagung cukup besar.
(Selengkapnya dapat dibaca di Majalah Sawit Indonesia, Edisi 128)