Sampailah saya pada bagian yang paling sulit. Bagaimana bisa dibenarkan minyk sawit dibuat bahan bakar. Saya sering mendengar cibiran orang di Eropa, “masak bahan makanan manusia diisikan ke tangki mobil!” ini soal emosi. Harus juga saya pancing dari segi emosi. Saya banyak peserta perempuan yang mengikuti perdebatan itu. Saya bilang, “Di Indonesia sering terjadi kekurangan minyak tanah. Ibu-ibu anteri beli minyak tanah sampai berjam-jam. Soalnya, biarpun mereka punya beras tetapi kalau tidak ada bahan bakar, mereka belum bisa kasih makan anaknya. Harus dimasak dulu beras itu,” kata saya. Mereka terus menyimak penjelasan saya. Saya bandingkan keadaan di Eropa di mana tersedia banyak makanan siap saji di supermarket.
Saya kembali melanjutkan argumen, “karena itu, kekurangan bahan bakar diatasi dengan mengunakan sebagian minyak sawit jadi bahan bakar. Sifatnya menambah volume bahan bakar untuk mengatasi kesulitan. Kami yakin itu tidak salah”.
Terlihat mereka terkesan, tetapi belum tuntas. Karena itu, saya memeruskan penjelasan saya kepada mereka. “Kekuatan pasar akan mengendalikan jumlah pemakaian. Jika harga naik, tentu pemakaian untuk biodiesel akan berkurang bahkan berhenti. Itu pasti”.
Sumber : Derom Bangun