BARTER CPO DENGAN SUKHOI
Salah satu problem warisan Orde Baru yang masih tersisa setelah reformasi tahun 1998 adalah alat utama sistem persenjataan (alutsista) yang semakin lama semakin tidak up to date dengan kebutuhan pertahanan nasional. Amerika Serikat melakukan embargokepada Indonesia karena menilai Pemerintah Indonesia di bawah Orde Baru menyalahgunakan senjata yang dibeli dari Amerika Serikat untuk keperluan yang melanggar hak asasi manusia. Sejumlah pesawat F16 yang dibeli dari Amerika pun tidak semua bisa digunakan karena suku cadang tidak bisa di dapat.
Pada masa pemerintahan Persiden Megawati Soekarnoputri dimulailah penjajakan untuk membeli alutsista baru ke negara lain selain Amerika Serikat. Salah satu negara yang pernah memiliki hubungan dengan Indonesia di era Soekarno adalah Rusia (dulu Uni Soviet). Sebagai negara yang maju di bidang industri miter, Rusia menjadi alternatif setelah Amerika Serikat. Namun, bagaimana caranya mendapatkan peralatan pertahanan, terutama pesawat tempur baru yang harganya tinggi itu?
Indonesia Adalah negeri yang kaya raya dengan hasil alamnya. Sawit adalah salah satu kekayaan itu. Rusia mempunyai potensi besar untuk membeli minyak sawit. Karena itulah saya merasa tertarik sekali ketika Jusuf Kalla mengundang pengurus GAPKI dan pengusaha kelapa sawit ikut serta bersama pengusaha lain dalam kunjungan promosi ke Rusia dan Eropa Timur. Minyak sawit dan karet sudah sijak lama di ekspor ke Rusia. Pesaing minyak sawit adalah minyak kanola yang banyak dihasilkan oleh Rusia sendiri dan Ukraina. Setelah Uni Soviet bubar, industri minyak nabati di Ukaraina berkembang dengan pesat. Saya sering menerima surat dari pengusaha Ukraina yang menanyakan bagaimana perkembangan industri minyak sawit dan juga mengundang saya untuk menyampaikan makalah. Karena waktunya tidak sesuai, undangan itu tidak pernah saya penuhi.
Sumber : Derom Bangun