Dalam pertemuan itu hadir utusan-utusan dari beberapa perusahaan di Malaysia, kemudian dari Unilever dan LSM. Beragam pendapat didiskusikan. Panitia meminta saya menjadi salah satu nara sumber dan ikut aktif dalam diskusi. Ide yang di bicarakan saat itu mulanya masih mentah, tetapi tujuannya sudah bisa ditangkap, yaitu untuk mendorong produksi dan pengunaan minyak sawit secara berkelanjutan, yang dalam bahasa Inggris disebut to promote the production and hte use of sustainable palm oil.
Begitu pula dalam bentuk organisasinya. Belum jelas, tetapi utusan-utusan yang hadir diminta membuat pernyataan dalam bentuk statement of intention. Tentu saja di antara berbagai penganut kepentingan ini terdapat perbedaan-perbedaan. Ada pihak perkebunan yang mencuriagai bahwa ini adalah suatu upaya dari pihak-pihak Barat untuk mengatur dan mengendalikan perusahaan perkebunan kelapa sawit di Mlaysia dan Indonesia demi kepentingan dagang mereka sendiri. Oleh karena itu lokakarya tersebut menemui jalan buntu, tidak dapat membuat suatu kesepakatan apapun yang bersifat implikatif.
Saya sendiri sebagai Ketua Umum GAPKI, yang mewakili perusahaan-perusahaan kelapa sawit Indonesia, menagapinya dengan sikap hati-hati. Saya tidak bersedia menandatangani pernyataan intention atau pernyataan niat yang mengikat langsung bagi organisasi dan anggota GAPKI. Sebisa mungkin saya mengambil sikap wait and see karena belum jelas apa yang akan dilakukan, baik mengenai bentuk organisasinya maupun ketentuan-ketentuan yang akan mengikat para anggotanya. Saya menyampaikan gagasan itu didalam rapat GAPKI di Medan. Pengurus yang hadir, terutama Sekertaris Umum Arifin Kamdi dan Sekretaris I Suwito, mengatakan setuju untuk mengikuti perkembangan.
Sumber : Derom Bangun