Marc Engel menjelaskan bahwa pertama-tama mereka ingin menyatakan bahwa bagi Unilever peranan sawit Indonesia sangat penting. Dia menjelaskan bahwa sama sekali tidak ada keinginan Unilever untuk menimbulkan rasa tidak enak atau rasa diperlakukan dengan tidak wajar oleh Unilever . Unilever semata-mata harus mengikuti tuntutan para konsumen, karena Unilever ingin menjaga nama baik perusahaan dan produk-produk yang dijual.
Hal ini kemudian saya tangapi dengan mengatakan bahwa pihak GAPKI melihat Unilever kurang menunjukan sikap bertahan atau mempertahankan posisi industri sawit. Kami tidak melihat bahwa Unilever mengajukan sanggahan kepada Greenpeace, tetapi secara langsung yang kami lihat menurut atau patuh terhadap desakan Greenpeace. Hal tersebut yang membuat pihak GAPKI dan kebanyakan masyarakat Indonesia merasa mendapat perlakuan yang tidak wajar. Seakan-akan secara sepihak langsung menjatuhkan hukuman. Pada saat pembicaraan itu, Bambang Aria Wisena tiba dan menggabungkan diri.
Kemudian tamu dari Unilever ini yang berjumlah empat orang, memberikan uraian tentang bagaimana mereka melakukan penelitian dan juga bawa hasil penelitian itu sudah dikomunikasikan, sudah disampaikan, kepada pihak Sinar Mas. Mereka menekankan bahwa ini bukan suatu hal yang tiba-tiba munculnya. Mengenai pernyataan saya bahwa Unilever terlalu lemah dan tidak memberikan sikap bertahan, pihak Unilever mengatakan tekanan itu sangat besar dan sangat menganggu masalah produk. Bahkan dia menyatakan apakah saya telah melihat tayangan yang memukul perusahaan Nestle. Katanya, tayangan itu menggambarkan bahwa jika orang memakan coklat produk Nestle, itu sama dengan mengunyah jari orangutan yang darahnya muncrat, keluar meleleh dibibir lalu menetes kecelana.
Sumber : Derom Bangun