Sebulan sebelum pertemuan di Riau itu saya sempat menjadi
saksi kejatuhan ekonomi Ameriaka. Bursa saham Wall Street yang terkenal digdaya
itu pun tutup. Saya melihatnya sendiri hal itu karena sedang berada di New York
dan melintas didepan Wall Street. Namun saya berketetapan hati bahwa keadaan
abnormal ini akan segera pulih. Oleh karena itu, saya katakan kepada petani
untuk bersabar dalam menghadapi masalah ini. Saya juga tekankan kepada mereka
ada baiknya tetap tenang bekerja, yang penting kebun dirawat. Jangan sampai
keadaan krisis itu membuat kebun ditelantarkan. Dalam kesempatan itu seorang
petani melontarkan pertanyaan yang cukup menohok, “Berapa lama, Pak, harga ini
begini?” katanya. Untuk beberapa detik, sebelum saya menjawab pertanyaannya,
sempat pula saya berpikir kalau sampai salah menjawab bisa-bisa saya dikejar-kejar
orang-orang ini.
Saya pun menjawab pertanyaan itu dengan perhitungan yang matang. Saya berpikir,
waktu itu bulan Oktober, saya bilang kepadanya kalau krisis ini paling lama
enam bulan, setelah itu harga dapat pulih. Memang penghitungan saya didasari
pemikiran bahwa produksi akan terus menurun hingga bulan Januari. Turunnya
produksi ini akan berpengaruh terhadap kenaikan harga. Kedua, saya berharap
India atau Tiongkok tidak terpukul betul oleh krisis Amerika. Dengan begitu, secara
perlahan permintaan kedua negara itu akan pulih dan harga akan merangkak
kembali ketitik normal.
Riau adalah provinsi dengan jumlah lahan kebun sawit terluas. Ada banyak petani
yang mengelola kebun sawit. Bisa dibayangkan betapa pentingnya sawit bagi
sebagian penduduk di Riau. Tak heran jika kejatuhan harga sawit teramat memukul
mereka. Oleh karena itu, panitia dari Gapki cabang Riau tidak hanya membuat
acara seminar, tetapi juga mengadakan acara talkshow
di TVRI Riau dan juga di sebuah televisi swasta di Pekanbaru. Saya pun
dihadirkan diacara itu, tetapi Faisal Basri tidak ikut karena harus kembali ke
Jakarta.
Sumber : Derom Bangun