Jenis-jenis starter motor listrik saja belum pernah saya pelajari. Tapi direksi dan para tekniker memandang saya sebagai seorang insinyur serba bisa. Mungkin karena beberapa prestasi seperti di Mata Pao mengatasi masalah minyak sawit yang tercemar air laut dan di pabrik Aek Loba memperbaiki mesin diesel besar. Bagaimana ceritanya saya bisa dianggap sebagai insinyur serba bisa juga sebenarnya bisa diartikan sebagai insinyur serabutan, karena tidak hanya menjalani pekerjaan yang sesuai dengan latar belakang keilmuan saya?
Beberapa bulan setelah saya melangsungkan pernikahan pada 16 Juni 1986, secara tiba-tiba saya mendapat tugas menjadi pejabat Tekniker I di pabrik Aek Loba. Inilah pabrik terbesar dari sembilan pabrik sawit di lingkungan PT. Socfindo. Lokasi pabrik ini berada diluar kebun Aek Loba, yaitu Desa Padang Mahondang yang terletak tidak jauh dari pabrik Pulu Raja milik PNP VI. Kedua pabrik ini terletak di pinggir Sungai Asahan yang belakangan menjadi terkenal oleh pembangunan PLTU Sigua-gua oleh Konsorsium Jepang untuk menopang pabrik pelabuhan aluminium.
Tiba-tiba Kepala Bagian Teknik dan Teknologi Nico Berghuis Isworo datang keruang kerja saya dan tanpa basa-basi berkata, “Saudara Bangun tugas dulu ke Aek Loba menjabat Tekniker I”. Belum sempat saya berkata sesuatu, ia langsung menambahkan, “Satu bulan saja, sampai datang penganti”.
“Baik Pak, Kapan saya berangkat?” tanya saya.
“Hari ini, supaya besok sudah langsung bertugas”, jawabannya singkat.
Sumber : Derom Bangun