MENCARI MINYAK SAWIT UNTUK SUKHOI
Kembali ke tanah air, saya berniat menjelaskan masalah ini kepada pengusaha sawit, terutama kepada anggota Gapki. Jika di hitung-hitung, luas perkebunan yang masih belum menjadi anggota ternyata masih lebih besar dari yang sudah. Tetapi saya selalu inggin menjelaskannya kepada semuanya. Untuk anggota bisa saya jelaskan melalui rapat atau acara organisasi yang lain atau paling tidak dengan surat kepada direksi perusahaan anggota. Kepada yang bukan anggota, pemberitaan media sangat menolong. Berita di koran dan siaran televisi cukup luas jangkauannya. Anggota Gapki sendiri lebih kerap mendapatkan informasi dari media ketimbang dari acara Gapki atau dari surat penggurus.
Sebenarnya saya sudah memberikan keterangan melalui koran dari Warsawa, Polandia, yang dimuat di harian Kompas, terbitan tanggal 24 April 2003. Wartawan Kompas, Banu Astono dan J. Osdar, cepat-cepat mengambil kesempatan wawancara setelah kami tiba di Warsawa, karena ketika di Moskaw waktunya kurang tepat. Apa lagi perundingan pemerintah belum selesai, jadi belum ada bahan yang konkret untuk disiarkan. Kompas lebih menyoroti peran pasar Rusia bagi sawit Indonesia. Banu Astono menanyakan potensi pasar Rusia.
“Potensi pasar Rusia cukup besar, tahun 2001 ekspor CPO dan hasil olahannya ke Rusia 40.000 ton lebih”, kata saya mengutip catatan untuk merujuk angka yang pasti. Kemudian saya menambahkan keterangan bahwa, “menurut catatan Badan Pusat Statistik 40.719 ton dengan nilai 10,6 juta dollar. Tahun 2002 ada penurunan, menjadi 13.571 ton dengan nilai 4,8 juta dollar”.
Sumber : Derom Bangun