Memang benar, bagi saya wajahnya mirip dengan bintang film besar itu yang bemain dalam The Guns of Navarone bersama Gregory Peck dan David Niven dan kemudian memegang peran utama dalam The Hunchback of Notredam. Saya hanya mengatakan apa yang ada dalam pikiran saya, walaupun Benny menganggap saya hanya memuji. Bentuk mulutnya dan wajahnya yang terkesan gemuk buat saya sangat mirip dengan Anthony Quinn.
Selagi rombongan menantikan bus disis jalan, tiba-tiba hand phone saya berdering. Ternyata telepon dari Indonesia, dari Surya Mercu, seorang pengusaha karet yang sering bertemu ketika saya menjadi Wakil Ketua Umum Kadin Sumatera Utara dan kami pernah sama-sama duduk sebagai anggota Dewan Penyantun Universitas Sumatera Utara. Saya bergerak keluar jalan beraspal ke arah taman agar tidak terganggu kebisingan. Melihat gerak saya, Benny Sutrisno tersenyum, geleng kepala, berkata “Sambil tur, bisnis jalan terus”. Saya melangkah terus sambil berbicara dengan Surya Mercu di telepon. Rupanya dia sedang berada di Medan. Dia mengatakan, merasa sayang tidak ikut rombongan dan meminta saya mencatat kalau ada permintaan karet dari pembeli.
“Saya masih terus ekspor ke Rusia”, katanya. Tolong Pak Bangun catat kalau ada yang perlu. Saya bisa sediakan”.
Benny mendekat kearah saya sambil memegang kamera kecilnya. Dia membidik saya yang sedang bertelepon dengan overcoat kulit warna hitam. Mungkin dia pikir mirip seorang mafia sehingga foto ini akan jadi kenangan. Ke esokananya ketika makan siang, foto itu dia berikan. Senang juga hati saya walau kurang berkesan karena karena tidak ada suatu latar belakng yang membuktikan foto itu di Moskaw. Bangunan katedral di belakang saya hanya hanya terlihat dindingnya saja.
Sumber : Derom Bangun