Pertanyaan itu memicu ingatan saya kepada Profesor Soemantri Brojonegoro, dosen saya di Kimia Teknik ITB. Ia mengatakan ada sifat-sifat bahan alamiah yang tak bisa disaingi oleh produk sintetis. Sifat itu dikenal dengan nama green properties, suatu sifat yang alamiah yang tak tergantikan. Untuk industri karet, ada sifat-sifat tertentu dari karet alam ini yang tidak bisa digantikan oleh karet sintetis. Green Properties itulah yang menyebabkan ban itu tidak panas ketika dipakai. Terutama untuk ban-ban yang dibebani tugas berat, heavy duties, seperti ban kapal terbang, mobil off road, tidak mungkin diganti dengan sintetis seluruhnya. Karena itu, karet sintetis hanya suplemen karet alam, tidak mengantikannya.
“How long?” kata Langlade lagi-lagi menunjukan mimik wajah menyelidik.
Dalam hati saya berguman. Orang ini sudah tua, kendati saya bilang paling tidak karet alam akan bertahan lima puluh tahun lagi, tetntu aman saja buat saya. Saya berpikir tak mungkin pula dia akan tunggui selama itu.
“Lima puluh tahun”, kata saya tanpa ragu.
Ternyata jawaban saya itu tidaklah meleset. Sampai hari ini karet alam masih terus dibutuhkan. Saya katakan itu pada tanggal 3 Desember 1970. Baron van Langlade tampak puas dengan jawaban saya. Maklum saja, dia butuhkan kepastian untuk menjaga kelangsungan nasib perkebunan karet yang dimiliki Socfin. Ia tak mau bermain judi dengan membiarkan karet tumbuh, sementara karet sintetis terus menyaingi produk karet alam di pasaran. Tapi setelah jawaban itu terlontar dari saya, agaknya menjadi pertimbangan Langlade untuk meneruskan pembudidayaan karet alam.
Sumber : Derom Bangun